Kisah Inspiratif Pejuang Garis Dua, Ayo Tetap Semangat dan Berdoa

Kisah Inspiratif Pejuang Garis Dua, Ayo Tetap Semangat dan Berdoa

Muhammad Adeng Fadila, S.Si., M.Si. bersama Istri dan anaknya--

Disclaimer: 

Saya tulis ini untuk menjadi penyemangat para pejuang garis dua.

Tulisan ini dibuat tanpa adanya intensi apapun.

Assalamu'alaikum teman-teman. Terutama buat yang sampai saat ini masih menjadi pejuang garis dua. Izinkan saya bercerita dengan harapan kalian juga bisa memetik hikmahnya. Saya dan Istri sudah menikah kurang lebih selama dua tahun saat saya menulis ini dan pengalaman ini berdasarkan pengalaman menikah selama 18 bulan.

Sebagai pasangan yang sudah menikah mendapatkan momongan tentunya merupakan salah satu harapan terbesarnya. Namun, dikarenakan kami berdua ada sedikit gangguan kesehatan reproduksi, mimpi tersebut perlahan memudar dan menjadi sesuatu mimpi yang tidak tahu kapan akan menjadi kenyataan. Berat, berat sekali sampai menyerang mental kami berdua.

 

BACA JUGA:Syarkawi Manap Orang Lahat yang Menjadi Warga Negara Swedia

BACA JUGA:Implementasi Islam Rahmatan Lil Alamin Dalam Bingkai Moderasi Beragama

 

 

Istri saya sempat di fase dimana dia tidak mau datang ke undangan pesta apapun yang ada keluarga saya di dalamnya dikarenakan tahu pasti akan ditanya "SUDAH ISI ATAU BELUM" (Kata sakral yang sangat melukai hati siapapun yang sedang menjadi pejuang garis dua).

Ditambah lagi dengan melihat orang-orang di sekitar yang baru menikah 1-2 bulan langsung hamil, pasti akan dibanding-bandingkan, ya... walau tidak di depan kami. 

Kami tentu tidak berdiam diri. Berusaha dengan minum air rebusan buah Zuriat, makan tauge, semangka, mengurangi makanan mengandung penyedap, diet, metode celengan subuh, sembari berobat dengan salah satu dokter Konsultan Spesialis Kandungan di Bengkulu.

Melalui dokter tersebut Istri saya diberi obat dan harus rutin diminum selama kurang lebih 6 bulan, begitu juga saya meminum suplemen dan hormon namun hanya 3 bulan. 

Sampai akhirnya tepat di tanggal 1 April ulang tahun saya sebelum Maghrib, istri saya iseng mau test uji kehamilan dengan satu-satunya sisa testpack yang ada di rumah karena sudah 2 bulan belum datang bulan (FYI istri datang bulannya tidak teratur bisa sebulan dua kali, bisa 2 bulan sekali tergantung tingkat stress yang dialaminya).

 

 

Kemudian, beliau masuk ke kamar mandi melakukan tes sementara saya main handphone seperti biasanya pun tidak berharap apa-apa karena you know...1,5 tahun dan setiap bulannya berharap tapi tetap saja garis satu yang didapat, Istri pun demikian setelah menunggu 5 menit pesimis dan benar hanya satu garis yang muncul, namun...

Saat akan membuang hasil testpack tersebut istri saya melihat sesuatu yang janggal yang selama ini selalu ia idam-idamkan yaitu satu garis yang menjadi dua, kemudian dengan muka polosnya dia memanggil saya (lain daripada yang lain, biasanya orang kebanyakan malah surprise in suaminya) dan bilang "Abang coba liat benar ini garis dua sayang, saya tersentak bangun dan berdiri di depannya sambil melihat testpack dan langsung memeluk istri saya sembari berkata "Abang kira ga akan punya anak kita sayang, Alhamdulillah"...

BACA JUGA:Nilai Ketaqwaan

Singkat cerita saya tidak mengatakan bahwa kami bisa punya anak itu karena pengobatan/treatment dari dokter saja, mungkin bisa jadi karena hal lainnya dan kami yakini bahwa hal inilah yang paling mumpuni mengabulkan doa kami. Yaitu pasrah, ikhlas dan menyerahkan semuanya kepada Allah. 

Kenapa kami menyimpulkan begitu? Karena kami sudah berusaha melakukan semuanya semaksimal mungkin namun tidak kunjung mendapatkan hasil sehingga ya sudah pasrah aja sama apa maunya Allah SWT. Tepatnya di akhir 2021 istri saya bilang "Bang, adek sekarang udah di titik ikhlas dan pasrah aja, kita sekolah aja dulu yuk daripada kita stress mikirin ini terus, kita sekolah habis sekolah kita cari duit yang banyak untuk coba bayi tabung", saya pun menimpali "iya sayang yuk".

Seiring berjalannya waktu kami sama-sama mempersiapkan kebutuhan persyaratan bahkan sampai ke Bukittinggi untuk dapat surat rekomendasi dari salah satu dokter di tempat istri koass dulunya. Saya pun mengontak kembali pembimbing saya kuliah dulu untuk mendapatkan rekomendasi. 

Di titik tersebut kami memasrahkan dan mengikhlaskan semuanya kepada Allah SWT sebagai mastermind terbaik di alam semesta ini dengan sibuk memikirkan hal-hal di luar keinginan kami sebenarnya yaitu untuk bisa punya anak. 

Demikianlah cerita ini semoga menginspirasi dan membangkitkan semangat para pejuang garis dua untuk selalu percaya akan kuasa dan keajaiban Allah SWT, karena jika Allah sudah berkehendak jadi.. Maka jadilah...

Tulisan ini sebagai pengingat kami untuk selalu bertambah rasa syukurnya atas segala rahmat Allah. 

Semangat selalu! 

Wassalam..

 

Penulis: Muhammad Adeng Fadila, S.Si., M.Si. (November 2022)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: