Banner disway

Kementerian Tegaskan Bongkar Aktor Intelektual Perambahan Habitat Gajah Sumatera

Kementerian Tegaskan Bongkar Aktor Intelektual Perambahan Habitat Gajah Sumatera

Kementerian Tegaskan Bongkar Aktor Intelektual Perambahan Habitat Gajah Sumatera-Ist-

RADAR BENGKULU – Direktorat Jenderal Penegakan Hukum Kehutanan (Gakkumhut) Kementerian Kehutanan Republik Indonesia (Kemenhut RI) memastikan langkah tegas terhadap aktivitas perambahan di kawasan Bentang Alam Seblat (BAS), habitat penting gajah Sumatera yang kini semakin terancam.

 

Langkah itu ditegaskan langsung oleh Dirjen Gakkumhut Kemenhut RI, Dwi Januanto Nugroho, ketika dikonfirmasi terkait perkembangan Operasi Merah Putih Lanskap Seblat, Rabu (12/11). Dwi memastikan, pihaknya tengah mendalami pola dan jaringan aktor di balik aktivitas perambahan yang kian masif di wilayah tersebut.

BACA JUGA:Desak Penegak Hukum Bongkar Jaringan Pemodal Perusak Habitat Gajah Sumatera

“Aktivitas perambahan di kawasan BAS menjadi perhatian serius. Ini bukan hanya soal penebangan liar, tapi juga tentang kejahatan lingkungan yang terorganisir. Pak Menteri dan Pak Wamen juga memberikan perhatian khusus terhadap kasus ini,” tegas Dwi.

 

Menurut Dwi, Operasi Merah Putih yang digelar lintas instansi dan lembaga bukan hanya untuk penertiban, tetapi juga menjadi langkah awal dalam membongkar struktur kejahatan kehutanan yang diduga melibatkan sejumlah pemodal besar.

 

“Kami sudah mengantongi sejumlah nama yang diduga ikut bermain dalam aktivitas perambahan. Termasuk mereka yang memiliki konsesi dalam kawasan hutan, serta pihak-pihak yang memfasilitasi kegiatan ilegal tersebut,” ujarnya.

 

Namun, Dwi menekankan, langkah penyidikan harus dilakukan hati-hati dan sistematis. Pihaknya kini sedang memetakan anatomi dan pola aktivitas perambahan di kawasan yang membentang dari Kabupaten Bengkulu Utara hingga Bengkulu Tengah itu.

 

“Area BAS sangat luas. Kita harus pahami dulu bagaimana sistem perambahan bekerja, siapa yang memobilisasi pekerja, dan siapa yang mengambil keuntungan. Dari sana kita bisa mengidentifikasi aktor intelektual di baliknya,” terang Dwi.

 

Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News

Sumber: