Siapa Sih Dickson Aritonang?

Kamis 13-09-2018,18:12 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

RBO, BENGKULU – Siapa sih Dickson Aritonang?. Mungkin banyak dari pembaca sekalian yang penasaran serta ingin mengetahui siap sebenarnya Dickson Aritonang dan sepak terjangnya.  Lalu kenapa namanya begitu familiar di kalangan aktivis dan pergerakan, masyarakat dampingan dan pemerintahan baik lokal maupun nasional.

Jika dilihat dari namanya, tentulah beliau ini memiliki darah batak, sebab di ujung namanya ada nama marga yakni Aritonang. Baiklah untuk menjawab rasa penasaran kita mengenai siapa Dickson Aritonang dan bagaimana sepak terjangnya dalam dunia pergerakan, pendampingan dan advokasi di Provinsi Bengkulu.

Berikut akan kami bahas tuntas mengenai siapa Dickson Aritonang dan sepak terjangnya di Provinsi Bengkulu.

Dickson Aritonang adalah anak ke 4 (empat) dari 11 (sebelas) bersaudara dari Bapak V. Aritonang dan Ibu Magdalena br. Sibuea. Dickson kecil dilahirkan di Kota Bagan Siapiapi (dulu bengkalis) Provinsi Riau pada 25 Januari 1969 (49) Tahun lalu.

Terlahir dari keluarga pelaut, membuat Dickson kecil berpindah-pindah mengikuti bapaknya. Dickson kecil menamatkan sekolah dasar di SDN Medang Deras Asahan. Sedangkan Sekolah Menengah Pertamanya (SMP) di SMP Negeri 1 Kota Sibolga, setalah menamatkan sekolah menangah pertamanya Dickson  remaja bersekolah di Sekolah Menengah Atas  (SMA) Sint Carolus Bengkulu hingga lulus pada tahun 1989.

Setelah itu Dickson remaja kuliah di Jurusan Agronomi, Fakultas Pertanian, Uversitas Bengkulu dan lulus pada tahun 1999.

Sejak masa kuliah inilah membentuk karakter seorang Dickson Aritonang, sebab  dia memilih aktif di berbagai organisasi. Diantaranya menjadi anggota Mahasiswa Pecinta Alam (MAPETALA) , dan juga sebagai anggota Gerakan Mahasiswa Nasionalis Indonesia (GMNI) Provinsi Bengkulu.

Selain aktif pada dua organisasi tersebut, Dickson juga aktif di berbagai organisasi lainnya yakni bergabung di organisasi non pemerintah (Ornop) sebagai relawan di Yayasan Gemini Bengkulu dan fokus bekerja untuk kegiatan community development di beberapa desa Provinsi Bengkulu.

Berawal dari sinilah Dickson muda bersama dengan kawan-kawannya dari belasan Ornop di 4 (empat) provinsi yakni, Bengkulu, Sumatera Selatan, Sumatera Barat  dan Jambi pada tahun 1992 menginisiasi berdirinya Warung Informasi dan Konservasi Indonesia (WARSI) yang kemudian berganti nama menjadi Komunitas Konservasi Indonesia (KKI WARSI).

Setelah melanglang buana di empat provinsi tersebut, Dickson memutuskan untuk menikah dengan Lussy Yufita pada tahun 1997 dan menetap di Bengkulu. Dari pernikahannya ini Dickson bersama Lussy Yufita dikaruniai 3 (tiga) orang anak.

Anak pertamanya perempuan yang diberi nama Kihan Katami Aritonang yang saat ini sedang berkuliah di Fakultas Hukum Universitas Trisakti Jakarta. Lalu yang kedua laki-laki yang diberi nama Sahala Deo Sambegana Aritonang yang saat ini sedang bersekolah di SMAN 2 Kota Bengkulu. Sedangkan yang Bungsu perempuan  Aiyana Tyaga Aritonang yang saat ini sedang bersekolah di SDIT Iqra 2 Kota Bengkulu.

Setelah menetap di Bengkulu, naluri pergerakan Dickson Aritonang tak bisa dihentikan, dengan beberapa kawannya menginisiasi berdirinya Ornop Ulayat Foundation dan menjadi ketua badan pembinanya hingga sekarang.

Sedangkan pada tahun 1997 Dickson bersama beberapa kawan aktivisnya juga menginisiasi berdirinya Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Daerah Bengkulu yang kemudian dipercayakan untuk memimpin lembaga tersebut hingga tahun 2000.

Pada tahu 1998 pasca reformasi bersama beberapa kawan aktivis se Indonesia menginisiasi berdirinya Perkumpulan Sawit Watch di Bogor.  Lalu Pada tahun 1999 Dickson juga mengajak kawan-kawan aktivisnya di Bengkulu untuk menginisiasi berdirinya Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) di Bengkulu.

Dengan semangat menginisiasi dan mendorong berdirinya organiasi non pemerintah dan komunitas –komunitas masyarakat adat diharapkan akan semakin maksimal memperjuangkan aspirasi yang dimiliki, karena selama ini cenderung terabaikan dalam berbagai kegiatan pembangunan.

Dickson juga bersama kawan-kawan di Ulayat Foundation juga menginisiasi berdirinya stasiun televisi lokal yang pertama di Bengkulu yang diberi nama Bengkulu tv dan dipercaya sebagai komisaris utamanya.

Tidak berhenti hanya disitu melalui Musyawarah Besar (Mubes) perkumpulan Telapak yang dilaksanakan du Wakumoro, Muna Sulawesi Tenggara, Dickson juga diangkat menjadi anggota Perkumpulan Telapak dan saat ini dipercaya menjabat sebagai Wakil Ketua Badan Pengurus Telapak.

Dengan segenap pengalaman dan jaringan yang dimiliki baik lokal maupun  nasional serta dorongan dari para pihak akhirnya pada 2018 ikut berpartisipasi mencalonkan diri sebagai calon legislatife Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) daerah pemilihan Provinsi Bengkulu dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). “Saya ikut bertanggung jawab terhadap daerah ini dan sebagai bentuk tanggung jawab saya, saya siap untuk menjadi pendobrak agar Provinsi Bengkulu diperhatikan oleh pemerintah pusat,” tutup Dickson. (hcr)

Tags :
Kategori :

Terkait