Putra Kerajaan Majapahit Masuk dari 4 Penjuru
Suku Rejang merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia yang mendiami Provinsi Bengkulu. Suku ini sudah maju peradabannnya. Mereka sudah punya adat istiadat sendiri. Bahkan juga sudah mempunyai tulisan yang saat ini sudah dilestarikan Pemerintah Daerah setempat. Untuk mengetahui sejarah suku Rejang ini, baca terus lanjutan tulisan bagian kedua ini sampai tuntas. AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu RADARBENGKULUONLINE.COM - Menurut riwayatnya, mereka ini datang ke daerah ini ada empat orang. Yaitu, Tuan Biku Sepanjang Jiwo, Tuan Biku Bembo, Tuan Biku Bedjenggo dan tuan Biku Bermano. Mereka tidak datang serentak. Sebab, mereka itu pergi berpencar-pencar. Ada yang menyusuri Pantai Pulau Sumatera sebelah Timur, masuk Palembang. Ada yang mendarat di Lampung, dan ada pula yang menyusuri Pantai Pesisir Pulau Perca sebelah barat. Mereka yang menyusuri Kuala Ketahun, lalu memudik Sungai di Renah Sekalawi (Pinang Belapis) . Beliau itulah yang disebut dalam Tembo Biku Sepanjang Djiwo. Menurut keterangan orang tua-tua zaman dahulu, nama biku itu didapati oleh anak raja tersebut di Padang Gersik Boelan di Tanah Majapahit di bawah Beringin Tjala Watoe.Contoh Aksara ka ga Nga yang digunakan suku Rejang-Ist- Ketika itu salah seorang dari mereka itu bertanya, ‘’Padang apakah ini? Maka menjawablah Poejoeh Poetih Inggih Goesti Toeankoe Bikoe Bermano, ini lah Padang Gersik Boelan. Karena Tuan Biku Sepanjang Jiwo sangat arif dan bijaksana, kemudian juga sangat pengasih dan penyayang serta sakti juga, maka dia diterima dengan lapang dada oleh penduduk Rejang ini. Kemudian, diangkat oleh suku Rejang untuk menjadi raja di daerah Lebong itu. Ia diberikan kepercayaan untuk menjadi raja menggantikan Adjai Bintang yang berkedudukan di Dusun Pelabai. Rupanya, selama menjadi raja di daerah ini, dia betul-betul arif dan bijaksana. Sehingga warga senang dengan dia dan mereka hidup rukun dan damai. Tidak lama kemudian, datang pula Tuan Biku Bembo di daerah Lebong ini. Karena dia juga termasuk orang baik, maka dia juga diterima di daerah ini. Lalu, diangkat jadi raja di Ulu Sungai Ketahun. Yaitu, menggantikan Adjai Siang yang berkedudukan di Dusun Soekanegeri , dekat Tapos. Setelah itu juga, kemudian datang pula putra Kerajaan Majapahit lainnya di daerah ini. Yaitu Biku Bermano. Ia pun diterima dengan baik disini. Kemudian, dia diangkat jadi raja di Lebong. Ia menjadi raja di Bang Mego Petulai Bermani di Kota Roekam, dekat Dusun Tes. Kemudian datang pula Tuan Biku Bedjenggo. Ia memudiki Sungai Musi sampai di Ulu Sungai Musi. Ia pun diterima warga disini. Tak lama kemudian diangkat jadi raja di Batu Lebar, dekat Dusun Agung Rejang. Sewaktu tuan Biku Sepanjang Djiwo berpisah dengan saudara-saudaranya di Majapahit, beliau beramanat, ‘’Kalau hendak mencari beliau, hendaklah ditimbang tujuh kuala sungai terlebih dahulu. Manakala kedapatan sesuatu sungai yang airnya lebih berat dari yang lain, hendaklah sungai itu dimudiki, niscaya akan ketemu beliau nanti.’’ Karena rindu, Biku Bermano bermaksud untuk mencari saudaranya Biku Sepanjang Djiwo itu. Setelah menimbang Air Kuala 7 buah, maka ia mendapatkan bahwa air kuala Sungai Ketahun lebih berat dari Ai Kuala sungai yang lainnya. Sungai Ketahun itupun dimudikinya dan akhirnya dia bertemu dengan Biku Sepanjang Djiwo itu. Sewaktu bertemu dengan saudaranya itu, Tuan Biku Bermano berkata, ‘’Disinilah kiranya saudara-saudara telebong (terkumpul). Sejak saat itu, maka daerah Renah Sikalawi bertukar Namanya menjadi Lebong. Negeri tempat pertemuan itu disebut Pelabai. Artinya, tempat. Setelah tetap keempat tuan-tuan biku tersebut menjadi raja (Ketua) bangsa Rejang, maka petulai-petulai yang diperintah itu disebut Bang Mego atau Marga.(bersambung)