“PR” Besar Wisata Medis Mengembalikan Kepercayaan Rakyat Sendiri

Senin 10-01-2022,20:18 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

radarbengkuluonline.com, BENGKULU -  Indonesia mulai melirik investasi bidang kesehatan. Mimpi itu adalah Wisata medis. Hal ini dikemukakan Menteri Koodinator (Menko) Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves), Luhut Binsar Pandjaitan dalam Webinar bersama awak media di bawah grup PT. Wahana Semesta Media (WSM), Senin (10/1/2022). Apa saja yang dibahas? Silahkan baca liputan berikut ini.

 SENO AM - HARIAN RADAR BENGKULU

Pasar besarnya datang dari rakyat Indonesia sendiri. Datanya sudah dikantongi pihak Kemenko yang dipimpin Luhut. Contohnya saja, dari paparan tim dari Kemenko Marves, berdasarkan rilis Bank Dunia pada tahun 2018, sekitar 60 persen turis medis di Malaysia berasal dari Indonesia. Belum lagi yang di Singapura, 45 persen turis medisnya juga asal Indonesia.

Dua negara yang disebut-sebut itu, digambarkan panen besar memungut uang dari warga negara Indonesia yang memburu kesehatan sampai ke negara mereka. Bagaimana tidak, jika diindividukan, jumlahnya lebih dari setengah juta warga negara Indonesia bepergian keluar negeri untuk berobat. Ini betul-betul menjadi pasar investasi yang menggiurkan.

Lalu, pertanyaannya. Kenapa rakyat kita, khususnya yang memiliki kemampuan keuangan lebih memilih berobat ke luar negeri ketimbang di negara sendiri?  Pelayanan di fasilitas kesehatan di negara kita memang banyak menjadi sorotan. Tak terkecuali Rumah Sakit bertaraf internasional.

Ada beberapa artikel yang mengulas perbandingan rumah sakit di negara kita dengan luar negeri, khususnya negara yang sudah sukses membangun wisata medis. Etitut petugas medis menjadi sorotan utama. Tentu, etitut tenaga medis di rumah sakit kita masih digambarkan mengecewakan. Sebaliknya, pelayanan rumah sakit luar negeri justru dipuja.

Saya sendiri bukan orang yang pernah mencicipi pelayanan rumah sakit luar negeri. Bahkan, kalau bisa jangan sampai bepergian ke luar negeri untuk berobat. Untuk membandingkan pelayanan di rumah sakit dalam negeri dengan rumah sakit luar negeri, saya nol pengalaman.

Namun, bukan berarti saya tidak ada pengalaman soal kekecewaan terhadap pelayanan rumah sakit dan juga sebaliknya. Sikap, cara pelayanan semua instrumen rumah sakit sangat penting untuk membentuk kepercayaan masyarakat menyerahkan urusan kesehatan dirinya kepada rumah sakit.

Pengalaman pribadi saya, istri saya melahirkan di rumah sakit berbeda. Anak pertama dan kedua lahir di dua rumah sakit di Kota Bengkulu, Rumah Sakit DKT dan Rumah Sakit Rafflesia. Istri saya, keluarga saya puas dengan pelayanan di rumah sakit itu. Saya juga puas.

Anak ketiga kami, lahir di rumah sakit di daerah tempat kami berdomisili. Sebetulnya, untuk anak ketiga ini rencana kami lahirannya di Rumah Sakit Rafflesia Kota Bengkulu. Kenapa rencana seperti itu, ya karena kepuasan terhadap pelayanan sebelumnya. Mungkin ketagihan.

Rencana itu meleset. Proses persalinan anak ketiga terpaksa dilakukan di RSUD tempat kami berdomisili. Untuk ke Kota Bengkulu tidak mungkin. Butuh waktu sekitar 7 jam dari tempat kami. Saya bersyukur, setiap persalinan istri saya selalu dilalui dengan cepat. Persalinan yang lancar jaya itu saya sampaikan ke dokter IGD. Saya tahu ciri-ciri istri saya sudah mau brojol, tapi waktu - Maret 2019 - istri saya belum di pindah dari ruang IGD ke ruang bersalin.

Di ruang bersalin, lagi-lagi pelayanan agak mengecewakan. Bidan yang menangani terkesan acuh. Saya juga berusaha menjelaskan kalau istri saya, dua kali pengalaman sebelumnya proses bersalin-nya cepat. Alhasil, anak saya keluar nyaris tanpa bimbingan sang bidan. Dua orang bidang yang ada di ruangan tergopoh-gopoh mengejar. Saya hanya bisa pasrah ditengah kedongkolan waktu itu.

Usai persalinan, dan Alhamdulillah anak dan istri dinyatakan sehat, tanpa ditanya istri saya langsung mengutarakan ketidakinginannya bersalin di rumah sakit di daerah kami. Saya pikir itu bentuk kekecewaan terhadap pelayanan. Seseorang cenderung menghindari kekecewaan ketika masih memiliki pilihan lain.

Kembali ke soal Wisata Media yang digaungkan Kemenko Marves. Sikap baik dalam pelayanan betul-betul harus menjadi perhatian, khususnya di rumah sakit yang digadang-gadang menjadi rumah sakit internasional. Di Jakarta, Medan dan Bali. Dan saya yakin Menko Marves, serta Kementerian terkait lainnya menyadari itu.

Infrastruktur kesehatan, kapasitas dan kuantitas tenaga medis yang mumpuni memang diperlukan untuk menunjang pelayanan yang baik. Namun sikap atau etitut seluruh elemen fasilitas kesehatan akan menjadi "obat" yang mengembalikan kepercayaan rakyat sendiri terhadap institusi kesehatan dalam negeri.

Saya yakin, ini harus dibangun mulai dari fasilitas kesehatan paling bawah. Rencana besar wisata medis ini, dampak besarnya bukan soal investasi bidang kesehatan yang dipercaya mampu mendongkrak ekonomi saja, namun juga memperbaiki pelayanan kesehatan secara keseluruhan.

Kalau sudah demikian, warga negara kita yang lebih dari setengah juta tadi akan stop berobat ke luar negeri. Karena di dalam negeri bisa mendapatkan pengobatan yang mereka inginkan. Aamiin.

Oya, dalam Webinar Senin pagi itu, ada beberapa peluang investasi masa depan bangsa yang dipaparkan Menko Luhut dan tim. Agaknya pemaparan pihak Menko Marves ini begitu meyakinkan. Dahlan Iskan yang berada langsung di samping Luhut saja sampai dibuat kaget oleh rencana yang dirancang kementerian ini. (bersambung)

Tags :
Kategori :

Terkait