Kedelai dan Minyak Goreng Buat Pabrik Tahu Terancam Tutup

Kamis 24-02-2022,08:13 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

radarbengkuluonline.com, BENGKULU – Kacang kedelai yang terus melonjak naik, ditambah lagi minyak goreng subsidi yang semakin langka, membuat pengusaha produksi tahu dan tempe di Bengkulu terancam untuk  menutup pabriknya. Mengingat, harga bahan pokok kedelai saat ini sudah melebihi batas rata-rata maksimal. Hal ini, dirasakan oleh Saipul (43), seorang pengusaha produksi pabrik tahu yang berada di Jalan Aren, Kelurahan Cempaka Permai, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu saat dihubungi radarbengkuluonline.com tadi pagi.

“Kedelai ini sudah lama naik. Naik-turun terus. Namun, sekarang naik sudah melebihi batas maksimal rata-rata. Sebelumnya, belum pernah naik separah ini, selama produksi tahu. Baru kali ini kacang kedelai naik di atas Rp 550.000/karung. Harga kacang kedelai saat ini sudah mencapai Rp 570.000/karung, yang sebelumnya hanya Rp 335.000-Rp 350.000/perkarung,” tutur Saipul .

Saipul mengaku, dari kenaikan harga kacang kedelai ini, sangat berpengaruh dengan jumlah produksi tahu di pabriknya saat ini. Awalnya pabrik tahu miliknya bisa memproduksi 700 kg kacang kedelai perharinya. Namun, saat ini hanya bisa memproduksi 400-500 kg setiap harinya. “Jelas ini sangat berpengaruh, pembuatan tahu drastis menurun.”

Di samping itu, besarnya kebutuhan akan minyak goreng untuk produksi tahu goreng membuat ia kebingungan mendapatkan stok minyak goreng bersubsidi. Ia mengatakan produksi tahu yang digoreng membutuhkan minyak goreng sebanyak 50-60 kg setiap hari. Ini tergantung banyak produksi tahu gorengnya. “Produksi tahu goreng membutuhkan minyak goreng tentunya. Ini juga tergantung banyak produksi tahunya. Misalkan, produksi minimal 12 karung/berkisar 600 kg kedelai, sehingga dapat menggunakan kurang lebih 50 kg minyak goreng.”

Dengan demikian, ia menuturkan harga tahu saat ini naik menjadi Rp 140.000/baskom untuk tahu goreng yang sebelumnya hanya Rp 110.000/baskom dan untuk tahu mentah menjadi Rp 125.000/baskom, yang sebelumnya hanya Rp 100.000/baskom.

Walaupun begitu, harga tahu yang naik belum sebanding dengan harga kacang kedelai yang terus naik. Namun, berpikir untuk terus memproduksi tahu, daripada tidak sama sekali karena akan menambah kerugian. “Penjualan juga jauh merosot, tidak seperti dulu. Kalau dulu kapasitas 12-14 karung. Alhamdulillah tahunya habis. Sedangkan, sekarang ini dengan kapasitas 10-12 karung masih berlebih dan ada sisa.”

Dengan kenaikan harga bahan pokok dan kelangkaanya membuat omzet Saipul menurun drastis. Ia mengaku, untuk saat ini ia tidak bisa menyisihkan uang hasil produksinya khusus untuk biaya tidak terduga. Seperti untuk memperbaiki kerusakan alat/aus, lantaran untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja sangat terbatas. “Kalau sekarang tidak bisa lagi untuk seperti itu, untuk mencukupi kebutuhan kita sehari-saja saja sudah pas-pasan.”

Sampai saat ini, Saipul masih mempertahankan pabriknya agar tetap berproduksi. Oleh karena itu ia mensiasatinya dengan mengurangi takaran kacang kedelai dalam memproduksi tahu. Sehingga, ketebalan tahunya agak berbeda sedikit tipis dari biasanya. Selain itu juga, ia menggunakan cara memperkecil ukuran tahu, namun tidak merubah cita rasa, sehingga untuk rasa masih tetap sama. “Seharunya 20 kg bisa jadi 8 cetak, sekarang diusahakan menjadi 9 cetak. Dari potonganya 9x9 menghasilkan 81 potong tahu percetak. Kalau sekarang 10x10 jadi agak kecil, namun mengasilkan 100 potong tahu percetaknya.”

Saipul mengatakan, apabila harga kacang kedelai terus melonjak dan tidak kunjung turun atau stabil, serta pemerintah tidak bisa mengendalikan, mencari solusi, dan jalan keluar, besar kemungkinan produksi pabrik tahunya akan ikut mogok juga seperti teman-teman usaha sepertinya yang ada di Jawa. Tidak hanya itu, ia berharap agar pemerintah melakukan sidak ke pasar-pasar terkait minyak goreng yang langka ini. “Harapannya, cobalah pemerintah tanggaplah dengan masyarakat. Coba langsung turun tangan disidak,'' tuturnya. (Mg-4)

Tags :
Kategori :

Terkait