radarbengkuluonline.com - NEGARA Eropa semakin kompak di belakang Ukraina. Anda juga tahu : Amerika-Eropa semakin bersatu. Kiev, ibu kota Ukraina, belum jatuh. Kemarin sore. Saya tidak tahu apakah itu tadi malam. Ketika Anda membaca Disway pada jam 4:00 pagi ini, itu masih jam 11:00 malam. Serangan frontal biasanya sebelum fajar. Sudah empat hari perang. Kiev belum jatuh. Menurut Rusia, itu untuk menghindari jatuhnya korban sipil. Menurut Barat, ini adalah bukti bahwa tentara Ukraina memberikan perlawanan yang serius. Yang terlihat gugup adalah sosok yang satu ini: Ramzan Akhmadovich Kadyrov. Dia terus mendesak Presiden Rusia Vladimir Putin: untuk diizinkan meninggalkan sejumlah besar pasukan dari wilayahnya: Chechnya. Ramzan tidak sabar Ukraina tidak segera jatuh. Sejak lama Ramzan berpendapat Ukraina harus direbut. Sejak dulu: Ukraina membahayakan Rusia. Ramzan itu seperti Putin: bongol. Jagoan. Ia memang nge-fans berat ke Putin. Di antara seluruh pimpinan negara bagian di federasi Rusia, Ramzan-lah yang paling loyal ke Putin. Ramzan putra seorang ulama besar Chechnya: Ahmad Khadzhi Abdulkhamidovich Kadyrov. Sang ayah bergelar mufti besar Islam Chechnya. Akhmad lulusan pesantren Bukhara, Uzbekistan, dekat makam Imam Bukhari, perawi hadis paling dipercaya. Ahmad meninggal tahun 2004: bom meledak di dekat tempatnya duduk di acara besar di Chechnya. Waktu itu Kadyrov baru berumur 28 tahun. Ia bertugas menjadi ajudan dan sopir sang ayah. Ia bersumpah akan menumpas seluruh jaringan pembunuh ayahnya. “Akan saya tumpas sampai sel yang paling akhir. Sampai saya mati atau masuk penjara,” sumpahnya. Ia pimpin gerakan pemuda anak negeri. Ia buktikan ucapannya itu. Setahun kemudian adik perempuannya diculik. Ia kerahkan ratusan anak-buahnya untuk mengepung tempat penculikan. Sang adik dibebaskan disertai pesta ledakan senjata api ke udara. Kalau saja umurnya sudah 30 tahun, Kayirov akan dilantik langsung menggantikan ayahnya: sebagai Presiden Chechnya. Sambil menunggu cukup umur, ia diangkat menjadi wakil perdana menteri pertama. Tapi kekuasaan negara praktis ada di tangannya. Begitu Kadyrov berumur 30 tahun, Presiden Chechnya mengundurkan diri. Kadyrov menjadi Presiden Chechnya, tanpa gelar mufti. Tindakan pertama yang ia lakukan adalah: membangun masjid baru. Yang harus terbesar. Yang harus di pusat kota Grozny, ibu kota Chechnya, yang paling pusat. Bangunan lama yang strategis di situ harus diruntuhkan untuk masjid. Luas tanahnya harus mencapai 14 hektare, sekalian untuk sekolah tinggi Islam. Rupanya, dalam waktu singkat masjid itu jadi: bermenara empat, setinggi 160 meter. Desainnya dimiripkan dengan Blue Mosque Istanbul. Yang diminta meresmikan: Imam Masjid Konya, dari kota kelahiran Maulana Rumi, Turki. Adapun langkah keduanya sebagai presiden Chechnya: minta agar jabatan presiden itu dihapus. Diganti saja dengan jabatan ”ketua”. “Tidak boleh banyak presiden di Rusia. Presiden harus hanya satu: Putin,” katanya.
Catatan Dahlan Iskan: Dua Mata
Senin 28-02-2022,08:51 WIB
Editor : radar
Kategori :