Catatan Dahlan Iskan: Pancingan DMO

Jumat 11-03-2022,08:19 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

radarbengkuluonline.com - SAYA belum tahu, kemarin pagi: bahwa babi itu mati lagi. Awalnya ia mati karena diambil jantungnya: untuk dipasang di dada manusia –yang punya jantung rusak berat. Lalu babi itu mati lagi bersama manusia itu: beberapa hari lalu. Sebenarnya saya punya banyak waktu untuk tahu semua itu: toh saya menganggur sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Jakarta. Tapi ngantuknya bukan main. Saya tidur hampir sepanjang perjalanan: mumpung Kang Sahidin yang mengemudikan mobil.

Kemudian, dua malam berturut saya bangun jam 02.00: untuk Liverpool dan Real Madrid. Saya tidak mengira umur manusia yang menggunakan jantung babi itu hanya dua bulan. Awalnya seperti sangat optimistis. Dalam dua minggu orang itu sudah bisa duduk. Belum ada penjelasan ilmiah mengapa David Bennett itu akhirnya meninggal.

Biarlah para peneliti menyusun hasil penelitian mereka. Yang jelas langkah pertama itu sangat bersejarah: jantung babi bisa dipakai manusia. Tinggal kelak kita akan tahu mengapa akhirnya mati juga. Upaya menghidupkan manusia sakit, memang luar biasa. Sampai berusaha mengganti jantung sakit dengan jantung babi. Padahal di luar sana, di Ukraina sana, orang sehat disuruh mati.

Cara mati mereka pun harus dicicil. Berhari-hari. Tidak selesai-selesai. Ini sudah hari ke-15 perang di Ukraina itu. Belum terlihat kapan selesai. Saya belum berani menyebutkan jumlah yang mati: angka masih simpang siur. Masing-masing pihak mengumumkan jumlah kematian sebagai bagian dari perang urat syaraf. Bahkan kita juga belum tahu perang ini akan dibawa ke mana. Sebatas di Ukraina atau perlu dilebarkan ke Rusia, ke Polandia, ke Jerman, ke Prancis pun sampai ke Inggris.

Sejauh ini Eropa tidak sampai terpancing untuk terlibat secara fisik. Amerika Serikat pun begitu. Tapi di semua sektor kehidupan terbagi dalam aliran-aliran: lunak sekali, lunak, moderat, keras dan keras sekali. Aliran paling keras di kubu Eropa pun berusaha memancing di air yang sedang keruh. Pancingan terakhirnya Anda sudah tahu: Polandia mengusulkan untuk menyerahkan pesawat tempur MIG-29 ke Amerika Serikat. Gratis. Diserahkan begitu saja.

Pesawat itu tidak harus dikirim ke benua Amerika. Bisa dikirim ke alamat yang lebih dekat: ke Jerman. Untuk ditaruh di pangkalan militer Amerika di barat kota Mannheim. Maksudnya: agar Amerika menggunakan pesawat itu untuk menyerang Rusia di Ukraina. Dengan demikian Amerika tidak perlu menggunakan pesawat bikinan Amerika.

MIG-29 adalah pesawat tempur bikinan Rusia (d/h Uni Soviet). Setara dengan F-15 Eagle bikinan Amerika Serikat. Berarti itu pesawat sisa-sisa masa lalu –ketika Polandia masih masuk blok Soviet. Polandia punya 40 lebih pesawat MIG-29. Itu bikinan tahun 1970-an, tapi mulai digunakan tahun 1981. Begitu tua. Masih bisa jalan.

Ukraina sendiri punya MIG-29. Jumlahnya 37 buah. Belum ada yang digunakan untuk melawan Rusia. Polandia, selama ini, ikut mendidik poliot Ukraina agar bisa menerbangkan MIG-29, tapi belum cukup hebat. Amerika sudah terang-terangan menolak sedekah MIG-29 itu. Skenario di balik sedekah itu terlalu mencolok. Siapa pun langsung bisa membaca: Amerika akan dibenturkan dengan Rusia. Amerika tidak mau. Kalau skenario Polandia itu berjalan, tentu perang cepat selesai: hanya korbannya yang tak terbayangkan besarnya.

Perang selalu menjadi bencana buatan. Sampai-sampai Bank Dunia mengingatkan perang di Ukraina ini bisa memicu kerusuhan di banyak negara: akibat kenaikan harga-harga dan kelangkaan bahan makanan. Media barat sudah memublikasikan kekhawatiran Bank Dunia itu. Kita beruntung: punya sumber pangan yang cukup. Musim hujan juga begitu bagusnya tiga tahun terakhir: petani bisa tanam padi tiga kali setahun.

Maka kalau akan ada DMO untuk minyak goreng, rasanya itu sesuai saja dengan lampu kuning yang dikedipkan Bank Dunia. Mengeluarkan DMO minyak goreng toh lebih mudah dari mengubah konstitusi.(Sumeks.co)

Tags :
Kategori :

Terkait