Oleh : dr Izzuki Muhashonah SpPK(K) *)
radarbengkuluonline.com - Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI telah menerbitkan surat edaran mengenai kewaspadaan terhadap penemuan kasus hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown etiology) pada 27 April 2022 lalu.
Surat edaran itu didasari oleh pernyataan Badan Kesehatan Dunia, World Health Organization (WHO) mengenai kejadian luar biasa (KLB) hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika, dan Asia sejak 15 April 2022. Tercatat, ada 169 kasus yang dilaporkan dari 12 negara di seluruh dunia.
Kasus yang terjadi pada anak usia 1 bulan sampai dengan 16 tahun tersebut mempunyai gejala klinis seperti hepatitis akut. Gejala terbanyak adalah gejala pada gastrointestinal tract (saluran pencernaan) berupa nyeri perut, diare, dan muntah.
Gejala lain didapati berupa adanya badan kuning, demam tinggi, atau riwayat demam. Juga, perubahan warna urine yang menjadi gelap, feses menjadi pale/pucat, nyeri sendi, bahkan sampai terjadi penurunan kesadaran.
Pemeriksaan laboratorium rutin menunjukkan adanya peningkatan enzim hati, serum aspartate transaminase (AST), serta alanine transaminase (ALT) yang melebihi 500 U/L.
Berdasar hasil pemeriksaan pada KLB hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini, didapatkan bahwa tidak ditemukan virus hepatitis A, B, C, D, atau E dalam tubuh penderita. Namun, didapatkan adenovirus pada 74 kasus yang teridentifikasi sebagai F type 41. Dua puluh kasus ditemukan SARS-Cov-2, serta 19 kasus terdeteksi ko-infeksi SARS-CoV-2 dan adenovirus.
Mengenal Infeksi Virus Hepatitis
Infeksi virus hepatitis adalah infeksi sistemik dengan liver sebagai target organ utama. Kerusakan pada hati adalah peradangan/inflamasi dan atau kerusakan/nekrosis dari sel liver (hepatosit) serta infiltrasi panlobuler oleh sel mononuklear.
Teknologi kedokteran semakin berkembang sehingga infeksi virus penyebab hepatitis dapat diidentifikasi dengan baik melalui bidang biologi-molekuler.
Saat ini didapatkan sedikitnya enam virus hepatotropik penyebab utama infeksi hepatitis, yaitu A, B, C, D, E, dan G. Semuanya menunjukkan gejala klinis hampir sama, bervariasi, mulai dari asimptomatis, bentuk klasik, sampai hepatitis fulminan yang dapat mengakibatkan kematian.
Infeksi dapat berlanjut menjadi penyakit hati yang progresif dengan komplikasi sirosis atau timbul karsinoma hepatoseluler. Kecuali, virus G yang memberikan gejala klinis sangat ringan.
Virus A, C, D, E, dan G adalah virus RNA. Sedangkan, virus B adalah virus DNA. Virus A dan virus E tidak mengakibatkan penyakit kronis, sedangkan virus B, D, dan C dapat mengakibatkan infeksi kronis.
Diagnosis Banding Hepatitis Akut
Dalam menentukan kemungkinan penyebab penyakit liver akut, harus diingat adanya virus lain dengan gejala hepatitis yang merupakan salah satu komponen gejala sistemik.
Contohnya virus herpes simplex (HSV), cytomegalovirus (CMV), virus epstein barr, varicella, rubella, adenovirus, enterovirus, arbovirus, dan HIV dapat memberikan gejala hepatitis, tetapi bukan virus hepatotropik.
Selain itu, usia memegang peran penting dalam menentukan kemungkinan penyebab penyakit hati. Pada usia neonatus, ikterus fisiologis, neonatal hepatitis, penyakit hemolitik, dan sepsis. Pada bayi dan anak, malaria, leptospirosis, brucellosis, infeksi berat pada keganasan, batu empedu, dan sindroma hemolitik-uremik.
Obat-obatan, seperti asetaminophen, isoniasid, asam valproat, dan halotan dapat memberikan gejala hepatitis. Kita dapat menyingkirkan diagnosis banding di atas dengan melakukan pemeriksaan yang sesuai dengan kebutuhan. Sayangnya, di Indonesia, belum semua moda pemeriksaan ditemui. Misalnnya, hepatitis D dan E, belum didapatkan.
Kewaspadaan terhadap Hepatitis Akut
Apabila mendapatkan bayi atau anak yang menunjukkan gejala nyeri perut, muntah, demam dan kuning, atau bahkan penurunan kesadaran, segeralah hubungi fasilitas kesehatan terdekat untuk meminta pertolongan.
Pemerintah mengimbau kita agar tetap tenang dan berhati-hati dalam pencegahan dan pengendalian penyakit hepatitis akut. Membersihkan tangan sesering-seringnya. Terutama setelah menyentuh permukaan yang sering disentuh, minum air bersih dan matang, makan dengan alat makan mandiri, menggunakan masker dan menjaga jarak. Selain itu, tetap membuang sampah di tempat yang benar, terutama popok bayi dan anak-anak.
*) Penulis adalah Clinical Pathologist , Bendahara IDI Cab. Kab. Probolinggo