Salah? Ya, tidak. Itu memang kuasanya si pengelola kota. Tapi sayangnya memang karena kita kerap memandang secara banal sebuah nama. Jadi kerap luput mengkritisinya atau pun mempertanyakan sampai larut.
BACA JUGA:Ternyata Ini yang Menjadi Pemicu Inflasi di Bengkulu
Namun yang jelas dan mesti jadi ingatan kita, haruslah diakui. Banyak praktik penamaan ruang publik. Memang kerap menjadi bahan simbolik kuasa kapital.
Ia hendak menjadi semacam representasi dari sebuah hasil kerja dari sebuah otoritas. Biar melekat, dikenang, dimaknai dan bahkan sebagai jejak hadiah beraroma politik.
BACA JUGA:Setengah Ton Mungkus Mendarat di Muara Sungai Selagan Mukomuko
Bingung? Begini kira-kira perumpamaannya. Dulu, persis zaman Jakarta masih dinamai Batavia. Petinggi Belanda acap membuat nama jalan di kawasan sentral mereka dengan nama mantan gubernur VOC atau petinggi koloni mereka.