Jadi, kapal-kapal yang singgah sekali seminggu waktu itu, mereka tidak bisa merapat ke pantai. Penumpang dan barang -barang diangkut dengan perahu-perahu .
Baik itu dari darat, maupun dari laut. Arus gelombangnya waktu itu besar dan sangat berbahaya. Apalagi waktu musim kemarau.
Pada waktu itu, di daerah ini hanya ada satu jalan. Yaitu jalan Marlborough dan oleh warga biasa disebut dengan nama Malabro.
Jalan ini membujur sepanjang pantai. Nama itu diberi pada zaman kekuasaan sementara Kerajaan Inggris pada tahun 1818, ketika Sir Stamford Raffles sebagai Gubernur Jenderal Inggris untuk Timur-Jauh sempat bermarkas disana, sebelum akhirnya memilih Singapura sebagai pangkalan, ketika terjadi timbang terima daerah-daerah jajahan antara Belanda di satu pihak dan Inggris di lain pihak (1819).
Beberapa tahun sesudahnya, tepatnya tahun 1923, Bengkulu sebagai ibukota keresidenan adalah tempat kedudukan penguasa Belanda yang berpangkat residen sebagai wakil dari Gubernur Belanda untuk Sumatera yang semula berkedudukan di Padang dan kemudian di Medan.
Residen sebagai penguasa Belanda adalah pejabat tertinggi lokal yang tugas utamanya adalah membela kepentingan dagang dan modal Belanda di daerah.