BACA JUGA:Ini Pesan Gubernur Rohidin kepada Kontingen PORNAS XVI KORPRI
Seperti yang dulunya dirindukan RA Kartini bagi kaumnya. Cuma saja, karena kemampuan ekonomi, ia tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah, dalam kebebasan yang dirintis oleh Muhammadiyah itu.
Ia tak mau dan tak pernah membebani ayahnya untuk membayar uang sekolah. Ia pasrah kepada Tuhan soal nasibnya di belakang hari. Ia sayang kepada ayah dan ibunya itu.
Ayahnya yang jebolah sekolah guru itu setelah berhenti dari perusahaan Borsumy karena alasan politik memang tidak ada pekerjaan tetap lagi. Karena itu, ia lebih banyak berjuang untuk negara dan agama.
Pengorbanannya itu tidak ada jaminan sosial untuk kehidupan yang bisa diandalkan. Ia sering pindah dari rumah yang satu ke rumah yang lain.
BACA JUGA:Ini Tahap Awal, Pemkot Bengkulu Rotasi Pejabat Eselon II
Pindah dari satu kota ke kota lain. Ini menjadi nasib hampir seluruh angkatan yang terdidik di masa penjajah , apalagi kalau memilih atau terseret semangat perjuangan.
Fatmawati sendiri pada waktu itu tidak cukup tahu sebagai sesuatu hal yang menjadi ciri khas dalam masyarakat terjajah, meskipun ayah dan ibunya sepenuhnya mengabdi pada usaha perbaikan dan kemajuan agama dan masyarakat demi untuk mengatasi tindakan kolonialisme.(bersambung)
BACA JUGA:Warga Bengkulu Heboh Lihat 10 Pasang Warga Nikah Gratis, Ada Mas Kawinnya Lagi