RADARBENGKULU - Para pembaca rahimakumullah , tidak terasa hari ini kita sudah memasuki hari Jumat lagi. Untuk itu, redaksi sudah menyiapkan khutbah Jumat untuk pembaca semua. Judulnya, Bersyukur Datangnya Ramadan Suci dengan Penguatan Tradisi.
Materi ini ditulis oleh Ustadz Idwal B. MA . Rencananya, materi ini akan disampaikan saat menjadi khatib shalat Jumat di Masjid Besar Jami' Babussalam, Jalan P. Natadirja KM. 8 Kelurahan Jalan Gedang, Kecamatan Gading Cempaka, Kota Bengkulu.
Apa saja isi materi khutbahnya, silahkan dibaca langsung tulisannnya dibawah ini. Selamat membaca! Semoga ada manfaatnya bagi kita semua.
Hadirin jamaah shalat Jumat yang dimuliakan Allah SWT,
Dalam hitungan hari bulan suci Ramadhan akan hadir di tengah-tengah kita. Bulan yang penuh berkah ini disambut dengan penuh antusias dan kegembiraan oleh seluruh umat Islam di dunia.
Hal ini disebabkan keistimewaan yang ada di dalamnya sehingga umat berbondong-bondong menyambutnya. Janji-janji Allah seperti ganjaran pahala, ampunan, dan rahmat-Nya melimpah di bulan ini.
Penyambutan ini juga bisa kita lihat di negeri kita, Indonesia. Dalam beberapa hari terakhir kita melihat di banyak media seputar adat dan tradisi sebagian masyarakat dalam menyambut bulan yang penuh berkah ini. Di Jawa, misalnya, ada tradisi melakukan ziarah kubur ke keluarga atau sanak saudara yang sudah meninggal.
Tradisi ini dilakukan demi mempererat hubungan antar generasi, sehingga generasi yang masih hidup tidak lupa dan senantiasa mendoakan keluarganya yang sudah wafat.
Selain itu, sebagaimana dijelaskan dalam hadits bahwa ziarah kubur bertujuan untuk mengingatkan kematian kepada yang masih hidup. Betapa banyak di sekitar kita yang tahun lalu masih bisa puasa dan tarawih bareng namun pada Ramadhan kali ini sudah tidak bersama lagi.
Tradisi ziarah kubur menjelang Ramadhan ini sebenarnya tidak hanya dilakukan masyarakat Jawa, tapi di kalangan lain seperti Sunda dan Sumatera, khususnya Bengkulu juga ada.
Keberagaman inilah yang membuat istilah ziarah kubur memiliki nama yang variatif. Ada istilah nyekar, arwahan, ruwahan, dan munggahan. Semua ini menunjukkan kemufakatan tradisi ini yang layak dilestarikan.