Meskipun zaman terus berubah, masyarakat Suku Nasal tetap berupaya menjaga keberlanjutan tradisi Sengkure. Bagi mereka, ritual ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga bentuk pelestarian budaya lokal yang mempererat rasa kebersamaan. Dengan semakin banyaknya anak muda yang ikut serta dalam pelaksanaan Sengkure, harapan untuk mempertahankan tradisi ini di masa depan semakin besar.
“Ini adalah bagian dari identitas kami sebagai warga Suku Nasal. Selain menjadi hiburan, Sengkure juga menciptakan suasana Lebaran yang lebih meriah dan penuh kehangatan,” tambah Meki.
Tak hanya menarik perhatian masyarakat lokal, tradisi ini juga berpotensi menjadi daya tarik wisata budaya yang unik. Jika dikemas dengan baik, Sengkure bisa menjadi salah satu ikon budaya Kabupaten Kaur yang mampu menarik wisatawan untuk berkunjung setiap Hari Raya Idulfitri.
Dengan semangat kebersamaan yang terus dijaga, tradisi Sengkure membuktikan bahwa warisan budaya lokal dapat tetap bertahan di tengah arus modernisasi. Di balik sosok menyeramkan yang diarak keliling desa, tersimpan makna mendalam tentang pentingnya silaturahmi dan persaudaraan.