radarbengkuluonline.id -- Jangan malu mencoba hal baru selagi muda, karena dari situlah kita bisa menemukan potensi terbaik diri kita.
Begitulah pesan yang disampaikan Tari Setia Wati seorang mahasiswi semester 5 jurusan KPI UIN FAS yang tinggal di Ma'had Aljamiah UINFAS Bengkulu, sekaligus sosok inspiratif di balik prestasi-prestasi membanggakan di bidang Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) dan olahraga panahan.
BACA JUGA:Rektor UINFAS Bengkulu Izinkan TK Permata Bunda hingga Akhir Semester
Gadis kelahiran Desa Lubukngin, 25 Februari 2005 ini merupakan anak kedua dari pasangan Rahadi dan Susilawati. Kini, di usianya yang baru menginjak 20 tahun, Tari telah membuktikan bahwa ketekunan dan konsistensi mampu membawanya bersaing di tingkat kabupaten, provinsi, hingga internasional.
Sejak duduk di bangku kelas 6 SD, Tari telah menekuni tilawah Al-Qur'an. Ia mengaku beruntung karena di desanya terdapat guru tilawah yang khusus membimbing anak-anak. Seiring waktu, dengan seringnya mengikuti lomba di tingkat provinsi, jaringan pertemanannya semakin luas. Ia pun banyak belajar dari para qari dan qariah berpengalaman, baik secara langsung maupun melalui video pembelajaran.
BACA JUGA:Karakter Orang Bahagia dalam Pandangan Islam
"Sekarang banyak guru, ada yang saya kenal saat lomba-lomba. Jadi kalau mau belajar, tinggal kontak mereka atau nonton video latihan," ujar Tari (20) saat diwawancarai RADAR BENGKULU, Rabu, 30 Juli 2025.
Selain MTQ, Tari kini juga aktif di dunia panahan. Meski tergolong baru, cabang olahraga ini telah membuahkan hasil manis. “Saya mulai panahan baru Desember 2024. Awalnya nggak percaya diri, bahkan sempat ingin berhenti. Tapi kurs saya terus mendorong dan memotivasi. Alhamdulillah langsung dapat tiga medali di lomba tingkat provinsi di Sumatera Selatan,” tuturnya .
BACA JUGA:Selamatkan Mega Mall dan PTM, Helmi Hasan Berikan Keterangan di Kejaksaan Agung
Soal pembagian waktu, Tari mengaku tak terlalu kesulitan. Lomba biasanya diadakan saat akhir pekan atau hari libur. Jika pun bertepatan dengan hari kuliah, pihak kampus memberikan dispensasi dan dukungan penuh. "Dosen-dosen di UIN sangat suportif, terutama kalau tahu kita sedang mewakili kampus," katanya.
Sebagai santri Ma’had, aktivitas Tari tentu sangat padat. Selain kuliah dan latihan panahan, ia juga mengikuti berbagai kegiatan pesantren. Namun semua itu tak menyurutkan semangatnya untuk terus berprestasi.
BACA JUGA:Warung Madura jadi Penyelamat Mahasiswa UINFAS di Tengah Malam
Tari pun tak menutup mata akan tantangan yang dihadapinya dalam lomba. “Kalau di MTQ, khususnya kategori dewasa, makra atau potongan ayat biasanya langsung dikasih saat kita naik ke panggung. Itu yang bikin grogi, kadang sampai tremor dan napas terganggu. Sedangkan di panahan, kalau kita gugup duluan, konsentrasi bisa buyar dan hasilnya kurang maksimal,” jelasnya.
Sejauh ini, Tari telah mewakili daerah dan kampusnya dalam berbagai lomba. Ia pernah tampil di Ogan Ilir (OI) Palembang, Cirebon mewakili Ma'had, Padang mewakili UIN dalam lomba tingkat internasional, dan beberapa kali tampil di Musi Rawas untuk tingkat kabupaten.
BACA JUGA:Jualan Nanas Potong, Mahasiswa UIN FAS Bengkulu Tak Lagi Minta Uang Jajan dari Orangtua
Ke depannya, Tari berharap bisa terus berkembang dan lebih baik lagi, baik sebagai qariah maupun atlet panahan. Ia pun mengajak generasi muda untuk berani mencoba dan keluar dari zona nyaman. "Coba hal baru. Jangan malu. Kita nggak akan tahu kemampuan kita kalau tidak pernah mencoba. Selagi muda, manfaatkan kesempatan itu," ujarnya.
Dengan semangat yang tak pernah padam dan dukungan dari berbagai pihak, Tari Setia Wati adalah potret nyata anak muda yang tidak hanya taat beragama, tetapi juga tangguh dan berprestasi di berbagai lini.