Penenang, Tapi Bukan Obat Terlarang, Penulis Ade Kelpin Saputra, Ketua Umum HMI Komisariat Syariah Bengkulu
Penenang, Tapi Bukan Obat Terlarang, Penulis Ade Kelpin Saputra, Ketua Umum HMI Komisariat Syariah Bengkulu-Ist-
RADAR BENGKULU — Beberapa waktu lalu, Bengkulu mendadak tenang.
Tidak ada antrean panjang di SPBU. Tidak ada suara klakson bersahutan di jalan-jalan utama. Tidak ada wajah kusut para sopir dan pekerja yang biasanya mondar-mandir mencari bensin.
Kota ini seperti baru saja meneguk penenang dosis tinggi.
Namun, jangan salah sangka.
Ketenangan itu bukan hasil dari kebijakan cerdas atau solusi jangka panjang.
Itu hanya efek sementara—seperti obat penenang yang membuat pasien seolah sembuh, padahal penyakitnya belum benar-benar hilang.
BACA JUGA:PB HMI Kritik Wacana Tambang Emas Seluma: Pemerintah Diminta Jangan Main Politik Gimmick
Beberapa bulan lalu, ketika Wakil Presiden RI berkunjung ke Bengkulu, situasi mendadak berubah. Antrean BBM lenyap, stok melimpah, dan petugas SPBU mendadak jadi ramah luar biasa—senyumnya selebar baliho penyambutan pejabat.
Bahkan jerigen-jerigen yang biasanya berjejer di pinggir jalan ikut “menghilang” entah ke mana.
Tapi, seperti biasa, ketenangan itu tidak bertahan lama.
Begitu pesawat kepresidenan tinggal landas, dan suara mesinnya hanya tersisa gema di langit Bengkulu, antrean panjang kembali menjelma—membentuk ular besi di depan SPBU.
Wajah-wajah tegang muncul lagi. Bukan karena stres kerja, tapi karena takut kehabisan solar.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News
Sumber:
