2018, Ekonomi Bengkulu Tumbuh Lebih Baik

2018, Ekonomi Bengkulu Tumbuh Lebih Baik

RBO, BENGKULU - Di tahun 2018 ini, perekonomian Bengkulu tumbuh lebih baik. Bank Indonesia (BI) memperkirakan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bengkulu mencapai 5 persen atau sedikit mengalami peningkatan dibandingkan pada 2017 lalu yang tercatat sebesar 4,99 persen.

Bank Indonesia menyebutkan bahwa angka pertumbuhan tahunan perekonomian Provinsi Bengkulu sepanjang 2018 yakni pada angka 5,07 persen (yoy).

"Kalau kisaran pertumbuhannya, sampai akhir Desember nanti pada berada pada angka 5,00--5,14 persen," kata Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Bengkulu Endang Kurnia Saputra pada pertemuan tahunan Bank Indonesia 2018, di Bengkulu. Pertumbuhan ini tentunya dicatat sedikit lebih baik dibandingkan dengan 2017 yang hanya tumbuh sebesar 4,99 persen (yoy).

Membaiknya kondisi makro ekonomi regional tersebut sesungguhnya masih ditunjang oleh kinerja ekspor, meskipun dengan magnitudo yang terbatas.

Keterbatasan kinerja ekspor sendiri dampak dari dua komoditas utama Provinsi Bengkulu. Yakni CPO dan karet yang masih menunjukkan tren penurunan harga.

"Akibatnya, juga berdampak pada daya beli masyarakat yang ikut turun," ujar Endang.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu, Endang Kurnia Saputra mengaku, meski pertumbuhan ekonomi Provinsi Bengkulu belum tumbuh maksimal pada 2018 ini, namun, pihaknya mengaku pertumbuhan ekonomi pada 2019 mendatang bisa lebih baik lagi. Hal itu dapat terjadi jika seluruh pihak bisa saling bersinergi. Karena sinergi merupakan kunci untuk memperkuat ketahanan dan pertumbuhan ekonomi yang lebih baik kedepan.

"Kami akan memperkuat sinergi dengan Pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan, dan otoritas lainnya untuk mendorong penguatan pertumbuhan ekonomi di Bengkulu pada 2019 mendatang," kata Endang acara Pertemuan Tahunan BI Bengkulu 2018, Kamis (13/12) malam.

Dengan memperkuat sinergi, pihaknya optimis perekonomian Bengkulu pada 2019 mendatang akan tumbuh sebesar 5 hingga 5,20 persen. Pertumbuhan tersebut akan didorong oleh beberapa sektor seperti kegiatan ekspor batubara, CPO, dan karet.

Belum maksimalnya kinerja pertumbuhan ekonomi tersebut disebabkan oleh harga komoditas CPO dan karet yang belum stabil hingga berdampak buruk pada daya beli masyarakat. Hal ini bisa terjadi mengingat Pertumbuhan Ekonomi di Bengkulu masih ditunjang oleh kinerja ekspor komoditas CPO dan karet.

Selain itu, pihaknya bersama dengan pemerintah juga akan terus mendorong pengembangan Usaha Kecil Menengah (UKM) berbasis ekspor komoditas unggulan seperti perikanan tangkap, pariwisata sejarah dan alam, kopi Kepahiang dan Rejang Lebong, produk turunan kelapa sawit, jeruk kalamansi, dan sapi pedaging dan perah.

"Dengan seluruh upaya tersebut, kami optimis ekonomi Bengkulu pada 2019 mendatang akan jauh lebih baik dari tahun ini," ujar Endang.

Tidak hanya ekonomi yang jauh lebih baik, dalam pengendalian inflasi, pihaknya juga akan terus melakukan koordinasi dengan Tim Pengendali Inflasi (TPI) dan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID). Bahkan berkat koordinasi yang dilakukan oleh TPID membuat angka inflasi di Bengkulu hingga November 2018 tercatat 1,55 persen atau nomor 3 terendah di Sumatera.

"Selain itu, kami perkirakan inflasi Bengkulu pada 2018 ini berada pada kisaran 2,14 – 2,34 persen dan pada 2019 kami menargetkan inflasi sebesar 3 plus minus 1," tutup Endang.

Sementara itu, Gubernur Bengkulu, Dr H Rohidin Mersyah MMA mengatakan, meskipun pertumbuhan ekonomi Bengkulu belum mengalami peningkatan yang cukup signifikan, tetapi telah menempatkan Provinsi ini sebagai daerah dengan predikat platinum. Dikatakan Platinum karena daerah ini merupakan kawasan strategis dan potensial untuk melakukan investasi.

"Kita harus bangga, karena Bengkulu merupakan daerah investasi strategis dan paling potensial. Apalagi ketika bandara statusnya dinaikkan menjadi internasional. Kemudian koneksivitas antara pelabuhan ke tengah pulau Sumatera dengan kereta api dan jalan tol, maka ekonomi Bengkulu akan sangat dahsyat sekali nanti," kata Rohidin.

Ketika seluruh konektivitas tersebut dapat terwujud dan berjalan dengan baik, maka secara otomatis akan menggairahkan pertumbuhan ekonomi di Bengkulu. Apalagi berdasarkan proyeksi BI, jika infrastruktur pelabuhan Pulau Baai ditingkatkan, maka akan menyumbangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,63 persen. Begitu juga peningkatan akses Bandara Udara Fatmawati Bengkulu, jika ditingkatkan maka akan menyumbangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,23 persen.

"Kalau itu bisa dilakukan, maka ekonomi Bengkulu akan semakin baik kedepannya, belum kegiatan hilirisasi sektor industri komoditas dan sektor lainnya, kalau dikembangkan dengan baik maka dampaknya kepada PDRB juga akan semakin besar," tutupnya.(ae2/rls)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: