Mukomuko Bantu Peralatan Sekolah untuk Korban Banjir di Benteng

Mukomuko Bantu Peralatan Sekolah untuk Korban Banjir  di Benteng

Aktivis Lingkungan Dirikan Sekolah Darurat

RBO, MUKOMUKO - Bantuan masyarakat Kabupaten Mukomuko untuk korban bencana banjir dan tanah longsor yang dikoordinir oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten Mukomuko dan Kelompok Pencinta Alam (KPA) Mukomuko telah disalurkan pada Kamis (2/5) hingga Jumat kemarin (3/5).

Dana sebesar Rp12.351.000; yang digalang pada Senin (29/4) disalurkan kepada masyarakat di tiga desa di Kecamatan Bang Haji Kabupaten Bengkulu Tengah yakni Desa Air Napal, Pagar Dewa dan Genting. Adapun dana bantuan yang diberikan dalam bentuk peralatan sekolah, meliputi 150 pak buku tulis dan buku gambar, alat tulis pulpen, pensil dan sepidol gambar serta serutan pensil. Ditambah peralatan bayi seperti popok bayi dan susu anak-anak serta peralatan kebersihan rumah tangga, yang dibeli dari dana tersebut.

Wartawan Radar Bengkulu, yang menjadi perwakilan PWI Mukomuko untuk menyalurkan bantuan, berkesempatan berbincang dengan Kepala desa Air Napal, Riskan Arif. Dikatakan Kades, setelah lima hari pasca banjir, kondisi ditengah masyarakat sudah mulai pulih. Akan tetapi, aktifitas pendidikan masih lumpuh. "Sekolah Dasar Negeri (SDN) 75 yang berada di desanya belum bisa menjalankan aktifitasnya, dikarenakan satu gedung milik SD tersebut rata dengan tanah akibat diterjang banjir. Dan satu gedung lagi dalam kondisi retak-retak dan para guru tidak berani menjalankan proses bejar mengajar didalam gedung," kata dia.

Dengan bantuan ini pihaknya sangat berterimakasih ada bantuan peralatan sekolah ini. Bantuan semacam ini masih minim, padahal peralatan sekolah terbilang sangat dibutuhkan. "Buku-buku milik anak-anak itu mayoritas rusak, ada juga yang hanyut, padahal anak-anak sebentar lagi ujian sekolah. Informasi yang kami terima seharusnya tanggal 7 Mei ujian. Lantaran ada bencana ini diundur tanggal 15 Mei mendatang," sampainya dengan wajah sedih.

Dilanjutkan dia, jika kondisi bangunan, seperti dilihat sendiri tadi. "Satu gedung belajar hancur, rata dengan tanah, kursi mejanya hanyut. Bangunan yang masih berdiri juga rusak. Kami tidak berani masukkan anak belajar disitu," sambungnya.

Ditambahkannya, dua rumah milik masyarakat Desa Air Napal hancur total diterjang banjir. Satu rumah diantaranya merupakan bantuan dari program Bedah Rumah dari pemerintah yang belum sempat ditempati namun saat ini kondisinya tinggal tersisa pondasinya saja. Selain itu belasan rumah lainnya juga mengalami rusak di bagian dapur yang hanyut terbawa arus banjir beberapa waktu lalu.

"Alhamdulillah bantuan terus mengalir. Untuk bantuan yang berupa makanan, In Sya Allah cukup sampai keadaan benar-benar pulih. Yang dibutuhkan saat ini memang peralatan sekolah. Untuk aktifitas sekolah, ini untung ada adik-adik dari UNIB mendirikan sekolah darurat. Muda-mudahan aktifitas sekolah bisa segera berjalan," kata Riskan Arif.

Untuk diketahui, dari pantauan Jurnalis RADAR BENGKULU dilokasi, kondisi sekolah di desa tersebut serupa apa yang dibeberkan Kades setempat. Satu bangunan Ruang Kelas Belajar (RKB) rata dengan tanah menyisakan puing-puing bangunan. Lumpur setebal kurang lebih 30 cm, masih menumpuk di lantai bangunan. Buku-buku, dokumen, catatan nilai berserakan di mana-mana. Terpantau, sejumlah Mahasiswa Pecinta Alam dari UNIB, terlihat membersihkan lumpur dari bangunan sekolah.

Aktivis Lingkungan Dirikan Sekolah Darurat

Sementara itu, Ketua Umum Kelompok Aktivitas Mahasiswa Pecinta Alam Fakultas Pertanian (Kampala FP UNIB), Randi Sarlaindo mengatakan pihaknya mendirikan sekolah darurat di SD 75 Benteng Desa Air Napal karena kondisinya sangat memprihatinkan.

Rencananya, sekolah darurat ini akan didirikan hingga ujian sekolah selesai atau sampai waktu dibutuhkan. Mahasiswa UNIB ini mendirikan dua tenda pleton sebagai tempat belajar sementara murid-murid sekolah tersebut.

"Sebagian anggota kami akan standby dilokasi sampai hari Minggu (5/5) sekalian bantu-bantu bersihkan sekolah. Tenda masih tetap disini untuk tempat belajar sampai ujian selesai atau sampai waktu dibutuhkan. Kami juga akan mengkoordini relawan untuk bisa membantu mengajar atau melakukan kegiatan lain yang diperlukan sekolah," ujarnya.

Diungkapkannya, dari pantauan yang dilakukan. Ada tiga desa di Kecamatan Bang Haji yang terdampak bencana banjir cukup parah. Selain Desa Air Napal, Desa Pagar Dewa dan Desa Genting juga mengalami nasib serupa.

"Sekolah-sekolah di dua desa itu juga belum bisa ditempati karena masih tertumpuk lumpur. Aktifitas sekolah juga belum berjalan, untuk di Desa Genting sudah ada mahasiswa yang membuka sekolah darurat di lokasi pengungsian. Tapi di Desa Pagar Dewa belum ada. Kalau ada relawan yang mau membantu kami, sekolah di Pagar Dewa perlu di bantu. Kami akan coba koordinasi juga dengan yang lain. Untuk sementara kami fokus pada membantu memulihkan proses pendidikan pasca banjir ini. Kalau bantuan makanan dan lain-lain, sepengetahuan kami terus mengalir dan jumlahnya cukup banyak," demikian Randi. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: