Buah Nipah, Menu Buka Puasa Asal Mukomuko
Dan Hermanto warga Bandaratu Kota Mukomuko sejak tiga tahun terakhir, setiap bulan Ramadan ia rutin menjual buah Nipah, salah satu bahan baku menu berbuka puasa tradisional daerah ini. Hermanto bersama istri bisa meraup keuntungan sampai Rp 6 juta setiap bulan Puasa.
Lalu, apa itu buah Nipah yang telah menjadi tambahan penghasilan keluarga Hermanto ini? Radar Bengkulu berhasil menggali sedikit informasi dari dia. Berikut liputannya.
Seno AM - MUKOMUKO
Tumbuhan Nipah atau dengan nama ilmiah Nypa fruticans merupakan tumbuhan jenis palem. Ciri-ciri tumbuhan palem sendiri berakar serabut batang tunggal daun berpelepah dan lidi. Nipah sendiri tumbuh di pinggir-pinggir muara sungai berair payau. Sedangkan yang dijadikan makanan adalah buahnya, tepatnya inti buah.
Buah Nipah bertandan berbentuk bundar layaknya buah kelapa sawit. Tandan buah Nipah merupakan kumpulan dari puluhan bahkan ratusan biji yang ukurannya bisa lima kali lipat biji sawit. Biji-biji yang bersatu dalam sebuah tandan tadi. Jika dipisahkan, bentuknya lebih mirip buah belimbing, berwarna coklat tua berpadu coklat muda keemasan. Dari buah inilah sumber makanan itu berasal.
Kata Hermanto, tidak semua buah Nipah bisa menghasilkan makanan yang enak. Buah yang dipilih harus betul-betul pas. Tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua. Karena isi buah Nipah ini mirip dengan kelapa. Jika buah yang diambil terlalu muda, kita tidak akan mendapatkan isi. Jika terlalu tua, isinya sudah keras dan tidak manis lagi.
"Pokoknya persis kelapa. Bedanya adalah ukuran yang jauh lebih kecil dari kelapa. Kita harus pilih buah yang pas," kata Hermanto.
Setelah diolah, hasilnya mirip sekali dengan kolang Kaling dari buah Nau atau aren. Dari segi ukuran maupun warna mirip sekali. Namun buah Nipah lebih terasa manis dan lebih lembut. Pengelolaanya lebih sederhana. Buah Nipah tidak perlu melewati proses perebusan. Cukup dibelah, dan mengeluarkan isinya dengan cara mencongkel dengan tangkai sendok. Buah Nipah ini bisa dimakan langsung tanpa harus diolah lebih lanjut. Biasanya para nelayan yang sedang mencari ikan, kerap menyantap langsung buah Nipah dipinggir muara. Cerita Hermanto. Tapi, kolang Kaling Nipah ini juga banyak dijadikan menu makanan lain seperti kolak dan campuran es buah. Jika mengelola kolang kaling aren harus hati-hati karena getahnya bisa membuat kulit merasa gatal, namun tidak untuk Nipah. Getah Nipah tidak menyebabkan gatal. Paling yang perlu dihindari, pada saat membelah dan mengeluarkan inti buah, jangan pakai baju baru. Apalagi baju untuk Lebaran. Karena menurut keterangan Dan Hermanto, getahnya bisa membuat baju bernoda coklat yang hampir tak mungkin dibersihkan.
Rezeki Keluarga
Hermanto adalah satu-satunya penjual Kolang Kaling buah Nipah di Kota Mukomuko dan sekitarnya. Katanya, dulu, memang masyarakat setempat kerap mengambil buah Nipah saat bulan puasa untuk menu berbuka, tapi masyarakat mengambil untuk di konsumsi sendiri.
Pada 2017 lalu, ia mencoba menjualnya. Kebetulan, di dekat ladangnya banyak terdapat tumbuhan Nipah. Alhasil, dagangannya laris manis. Pada akhirnya, setiap Ramadan, Hermanto rutin berdagang buah Nipah setiap puasa.
Diceritakannya, setiap hari, ia dan istrinya bisa menjual rata-rata 30 gelas kolang Kaling buah Nipah. Tiap dua gelas, ia jual Rp 15.000 atau Rp 7.500 segelas. Setiap hari pada bulan Ramadan ia menjajakan buah Nipah diatas meja sederhana di depan rumahnya yang tidak jauh dari simpang empat Lampu Merah Kelurahan Bandaratu. Selama Ramadan, ia bisa memperoleh tambahan penghasilan keluarga sebesar Rp 6 juta.
"Alhamdulillah. Lumayanlah untuk modal Lebaran," demikian Hermanto.(**)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: