Menyingkap Tambo Suku Rejang di Provinsi Bengkulu (1) - Daerah Ini Dulu Bernama Renah Sekalawi

Menyingkap Tambo Suku Rejang di Provinsi Bengkulu (1) - Daerah Ini Dulu Bernama Renah Sekalawi

 

Daerah Ini Dulu Bernama Renah Sekalawi

Wilayah Provinsi Bengkulu ini banyak sekali suku bangsanya. Salah satunya adalah Suku Rejang. Suku ini sudah lama ada. Mereka itu sudah maju peradabannya.

 

Buktinya, mereka sudah punya adat istiadat. Juga, sudah punya tulisan, yaitu huruf Ka Ga Nga. Untuk mengenal suku tersebut, wartawan radarbengkuluonline.com  menurunkan 25 tulisan tentang suku (bangsa-red) Rejang itu secara bersambung mulai hari ini.

 

Tambo dalam bentuk fotokopian atau stensilan itu didapatkan dari tokoh Rejang, A Sani beberapa waktu lalu.  SELAMAT MEMBACA! (**)

 

AZMALIAR ZAROS -Kota Bengkulu

 

RADARBENGKULUONLINE.COM - Buku Tambo yang diberikan A.Sani itu ditulis oleh orang Rejang asli. Yaitu Muhammad Hosein dan selesai ditulis tahun 1932.

Muhammad Hosein ini adalah putra ketiga dari almarhum Pangeran Ario Aliasar yang semasa hidupnya adalah kepala Marga atau Pasirah Marga Bermani Juru Kalang (Lebong).

 

 

Kemudian naskah ini ditulis kembali oleh H. Harun Nur Rasyid (Nindya Wira, Jaksa Kepala Kejaksaan RI Kelas I Palembang) pada bulan Februari 1976.

Menurut Muhammad Hosein dalam Tambo yang ditulisnya, bangsa Rejang ini adalah suku yang mendiami onderafdeling (satu wilayah hukum administratif pemerintahan zaman kolonial Belanda yang wilayahnya sama dengan kabupaten sekarang) Lebong, Rejang, Lais, sebagian onderafdeling Bengkulu, Tebing Tinggi, Rawas, sebagian Musi Ulu.

 

 

Sedangkan asal usul suku atang bangsa Rejang yang didapatkannya dari berbagai sumber. Seperti dari tokoh masyarakat, ahli adat, tua-tua jurai di dalam Marga Tubai, Bermani, Marga Juru Kalang, Selupu Rejang.

Lalu, tulisan R.J Koppenol (Memorie Van Overgave van den controleur van de onderafdeling Lebong 1917), J.L.M Swabb (Inlandsche Rochtsgemeenschappen in Zuid Sumatera, Kolonial Tijdschrift 1917 No 8 , 9 .

 

 

Kemudian, Memorie van overgave van de onderafdeling Rejang) , O.L. Helfrich (De Pasirah Tiang IV in Lebong /adat rechtbundel XXII) yang berasal dari Belanda menyebutkan bahwa Suku Rejang ini berasal dari daerah Lebong (Kapupaten Lebong sekarang ini -red) . Daerah Lebong itu merupakan tanah asli Lebong.

Dari Lebong inilah kemudian mereka beranak pinak. Setelah banyak, mereka menyebar ke berbagai daerah untuk menetap dan mendirikan kerajaan dan berkuasa.

 

 

Sebelumnya daerah ini masih bernama Renah Sekalawi. Daerah ini telah diduduki oleh bangsa Rejang Empat Petulai. Rajanya bergelar Adjai.

Namun tidak disebutkan tahunnya.Untuk diketahui, Pruis Van den Houven dari Belanda sudah melakukan perjalanan ke Lebong antara tahun 1857-1860.

 

 

Raja-raja itu sampai sekarang masih dikenali oleh Suku Rejang. Daerahnya pun juga demikian. Adjai Bintang lokasinya di Dusun Pelabai Lebong, Marga Suku IX sekarang.

Adjai Begeleng Mato lokasinya di Kutai Belek Tebo Lebong (Marga Suku VIII sekarang ini. Adjai Siang lokasinya di dusun Siang Lekat Lebong (Marga Jurukalang).

 

 

Sedangkan Tiea Keteko lokasinya di Dusun Bandar Agung Lebong ( Marga Suku IX Sekarang). Sewaktu pemerintahan Adjai-adjai ini, mereka sudah mempunyai adat istiadat dan huruf sendiri.

Sewaktu pemerintahannya, mereka terlalu keras menerapkannya. Siapa yang melanggar adat yang sudah dibuat dan ditetapkan, mereka akan dihukum. Hukumannya juga berat.

 

 

Yaitu, dibunuh. Kemudian, kira-kira abad ke 12 atau abad ke 13 atau 600 – 700 tahun yang lalu daerah ini kedatangan tamu dari kerajaan lain di Indonesia. Jumlah mereka itu ada 4 orang.

Menurut Memori R J Koppenol 1917, orang-orang yang datang dari Majapahit ini adalah putra-putra dari kerajaan Majapahit. Mereka itu datang dengan pengiringnya sekalian.

 

 

Tentang maksud kedatangannya ke Renah Sekalawi (Lebong) Pinang Belapis ini ada yang meriwayatkan bahwa mereka itu memang hendak mencari negeri yang akan dijadikannya kerajaan.

Pasalnya, pada masa itu di kerajaan Majapahit dalam keadaan huru hara. Karena, anak raja itu semuanya ingin jadi raja. Sehingga timbulah perselisihan antara mereka itu.

 

 

Akhirnya anak-anak raja yang tak mungkin menjadi raja di kerajaan Majapahit itu melarikan diri. Mereka mencari daerah lain yang memungkinkan mereka bisa menjadi raja disana.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: