Bupati Lebong Jadi Lulusan Doktor Pertama di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unib
RBO >>> BENGKULU >>> Bupati Lebong, Dr. H. Rosjonsyah, S.I.P., M.S baru saja menyelesaikan sidang terbuka promosi Doktor Ekonomi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bengkulu (Unib). Yang menjadi spesial, dia menjadi lulusan bergelar Doktor angkatan pertama setelah dibuka tahun 2015 lalu.
"Perasaan saya usai mengikuti sidang terbuka promosi Doktor, yang selama ini menguji orang, kini sangat terasa diuji oleh para promotor, kopromotor, ketua dan lain-lain. Jujur saja, malam tadi saya tidak bisa tidur. Didalam pikiran saya, apa yang mau diujikan. Tapi, yakin dan percaya disertasi yang dibuat saya pelajari. Alhamdulillah, walaupun tidak senormal apa yang diharapkan, subtansinya sudah mendekati. Jadi, sangat senang sekali, hari ini sudah resmi bergelar Doktor Ekonomi," ujar Dr. H. Rosjonsyah pada radarbengkuluonline.com tadi siang (27/7).
Untuk judul disertasi Dr. H. Rosjonsyah , 'Pembangunan Energi Berkelanjutan di Provinsi Bengkulu'. Mudah-mudahan ini, bisa menjadi manfaat bagi seorang pemimpin untuk menularkan ilmu yang didapatkan di Fakultas Ekonomi dan Bisnis, sehingga dapat menjadi suatu kebijakan dan mengubah regulasi kedepannya. "Paling tidak, kami sudah bisa membuat regulasi bagaimana penerapan engergi terbarukan disuatu daerah. Ini menjadi suatu bentuk Peraturan Daerah (Perda) melalui dinas terkait lainnya," terangnya.
Disisi lain, Akademisi Universitas Bengkulu menyebutkan bahwa pemerintah Provinsi Bengkulu harus memprioritaskan daerah sendiri dalam penyaluran listrik. Sebab, masih ada daerah-daerah pelosok yang belum teraliri listrik.
Diketahui bahwa Provinsi Bengkulu, kelebihan listrik, namun tingkat listrik di Bengkulu masih rendah. Karena, masih ada masyarakat yang belum memiliki listrik.
"Disertasi Bupati Lebong, Rosjonsyah menyebutkan Pembangunan energi berkelanjutan di Provinsi Bengkulu dan hal tersebut merupakan isu yang sangat bagus. Sebab, jika dilihat bahwa sumber energi dari batu bara sangat merusak lingkungan. Contohnya di Bengkulu, jumlah kontribusi batu bara dengan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dan kerusakan lainnya tidak sebanding dengan apa yang diperoleh oleh Bengkulu dibidang ekonomi," ujar Wakil Rektor Bidang Akademik Unib, Prof. Dr. Lizar Alfansi, S.E, MBA, Ph.D yang juga sebagai ketua dalam sidang terbuka promosi Doktor Ekonomi.
Oleh karena itu, lanjutnya, pemerintah butuh mencari sumber energi yang berkelanjutan. Seperti geotermal dan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) yang harus diperhatikan karena adanya potensi kerusakan lingkungan.
"Apalagi, pembagunan energi terbarukan dapat merusak alam, dan tidak sebanding dengan biaya lingkungan yang akan diterima dan potensi kerusakan lingkungan yang akan ditimbulkan juga cukup besar. Oleh sebab itu, pemerintah harus membuat regulasi terhadap investor yang masuk dan harus patuh dengan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), dan pemerintah harus secara ketat mengawasi pihak investigasi terkait AMDAL. Selain itu, untuk mencukupi atau memerangi energi fosil, diharapkan akan memberikan sosialisasi kepada masyarakat agar membuat kincir air dan memanfaatkan energi air," tutupnya. (ach/ editor : yar)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: