Perekonomian Bengkulu Membaik

Perekonomian Bengkulu Membaik

RBO, BENGKULU - Perekonomian Provinsi Bengkulu triwulan III-2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 18,60 triliun dan atas dasar harga konstan 2010 mencapai Rp 11,64 triliun. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Sumatera, Provinsi Bengkulu merupakan provinsi dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi (y-on-y) terkecil, yakni sebesar 0,09 persen.

Disampaikan oleh Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Bengkulu, Win Rizal, bergeraknya pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh perayaan hari raya Idul Adha dan pembayaran gaji ke 13. Sedangkan komoditas karet dan sawit meningkat sedangkan hasil harga kopi menurun. Dalam data disampaikan, aktivitas hotel sudah mulai menggeliat, untuk angkutan penumpang kendaraan juga meningkat yang terindikasi pada beberapa bulan kemarin. Selain itu ada penurunan harga batu bara internasional.

Sedangkan untuk ekspor memang lebih kecil dari tahun sebelumnya. Pengangkutan bongkar muat di Pelabuhan pada triwulan II ke triwulan ke III sedikit meningkat hanya saja dihitung dari Year on Year masih menurun pada tahun sebelumnya. Laju PDRB tahun 2020 secara kumulatif dari triwulan I sampai ke III dibandingkan pada tahun sebelumnya masih positif 1,07 persen.

"Kita kontraksi secara year on year, - 0,09 persen sedangkan ditahun kemarin kita diangka - 0,45 persen. Tetapi untuk Q on Q nya sebelumnya 2 persen sekarang positif dengan angka 1,65 persen. Artinya memberikan gambaran perekonomian kita mulai bergerak, saya yakin dalam triwulan ke empat dapat lebih baik lagi," terangnya kemarin Kamis (5/11).

Untuk jasa keuangan dan asuransi meningkat karena adanya pemberian program ke masyarakat untuk meringankan masyarakat terdampak pandemi saat ini. Selain itu adanya peningkatan transaksi digital oleh jasa keuangan. Termasuk dengan pengadaan listrik dan gas meningkat yang diberikan keringanan biaya daya listrik bagi pelanggan.

Sedangkan untuk jasa kesehatan dalam bergerak meningkat, namun tidak sebesar pada triwulan ke II. Karena peningkatan pelayanan kesehatan penanganan pandemi adanya pemberhentian pelayanan sementara waktu akibatnya muncul covid -19. Lebih jauh, Win mengatakan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga menjadi penyumbang terbesar terjadinya kontraksi karena naik turun konsumsi rumah tangga ini menjadi dominan pertumbuhan ekonomi di Bengkulu.

"Beberapa sektor memberikan dampak maupun kontraksi dan positif itu dari sektor administrasi pemerintah dan transportasi ditengah kondisi saat ini. Hanya saja yang melambat ini dari sektor pertanian seperti rendahnya harga kopi, ini mengurangi karena pasar global juga dampaknya. Namun untuk harga sawit dan karet tetap naik," tutupnya. (Bro)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: