Bisnis Komocha Mahasiswa Unib Ini Oke Juga
radarbengkuluonline.com, BENGKULU - Bisnis Kopi Momordica Charantia (Komocha) yang digeluti mahasiswa Unib ini boleh juga. Nama usaha yang menggabungkan 2 nama, yaitu kopi dan momordica charantia yang berasal dari bahasa Latin, yaitu tanaman pare itu belum ada yang memulainya. Jadi bisa dikatakan ini adalah perpaduan biji kopi robusta petik merah jenis premium dengan biji pare. Berdasarkan penelitian seorang peneliti dari Amerika Serikat, bahwasanya biji pare mengandung zat Alpha momorcharin dan beta momorcharin yang dapat meningkatkan imunitas tubuh.
Akhirnya para owner Komocha, yaitu Epran Abdullah, Dani Fazli, Chyntia Meininda Anjanni,Cindy Revilla dan Reza Arianti melakukan uji coba. Hasilnya, ternyata ketika biji kopi digabungkan oleh biji pare memiliki rendah kafein. Mereka jugalah pencetus atau yang pertama menemukan kopi pare dan sudah memiliki sertifikat uji lab BPOM, PIRT, MUI Halal dan surat-surat lainnya.
Mereka sudah memiliki rumah produksi sendiri. Dimana dong? Tempatnya di Jl. Hibrida IIB No.96 Kota Bengkulu. Kopi yang diproduksi ada 2 jenis. Yaitu kopi original (tanpa campuran biji pare) dan kopi pare) dengan campuran biji pare). Kopi yg mereka gunakan ialah kopi khas Bengkulu yang diambil dari Rejang Lebong. Sedangkan untuk pare sendiri mereka ambil dari Curup dan Seluma. Usaha ini didirikan bulan Agustus 2019.
"Kami menggunakan biji pare yang tua. Karena pare yang tua ga digunakan lagi dagingnya. Jadi, kami ambil bijinya aja," ujar Owner Komocha, Epran saat dihubungi radarbengkuluonline.com Kamis (20/1) siang.
Dalam hal pemasaran, lanjutnya, untuk daerah Bengkulu sudah sampai hingga ke Curup dan Mukomuko. Disana mereka juga memiliki masing - masing 2 reseller. Sedangkan untuk luar kota sudah sampai hingga ke Makassar, Bandung, Jambi dan Aceh. Dan itu merupakan pelanggan tetap yang selalu repeat order.
Penjualan kopi ini 80% dilakukan secara online, melalui platform. Seperti Instagram dan Market Place dan 20% offline di rumah produksi. Untuk kisaran harga kopi original dibanderol 12ribu hingga 15ribu rupiah/ 100gram. Sedangkan untuk kopi pare sendiri berkisar 20ribu rupiah/100gram. Kopi ini bisa bertahan dari 6 hingga 12 bulan terhitung dari setelah proses produksi.
Omset yang didapat berkisar 2 hingga 3 juta rupiah perbulan. Ini dikarenakan produksi tersebut masih dalam skala kecil. Adapula kendala yang mereka hadapi saat ini menjalankan bisnis. Dari segi owner, karena mereka masih mahasiswa, sehingga sulit untuk membagi waktu antara kuliah, Komocha dan juga organisasi kampus.
Bisnis Komocha ini berawal dari kegiatan lomba karya tulis ilmiah di kampus mereka dan mendapatkan juara. Sehingga, mereka diikutkan dalam pameran kewirausahaan di Bali 2019. Lalu diikutkan kembali pada event KMI Kemendikbud 2020. Mereka juga sempat mengajukan proposal dan mendapatkan dana hibah pengembangan dari Kemendikbud pada 2020 dan dari Unib pada 2021, sehingga bisa berkembang hingga sekarang.
Motivasi awal mereka mengembangkan bisnis ini karena melihat banyak anak muda yang sukses membangun bisnis dan UMKM, sehingga membuat mereka juga ingin terjun langsung di dunia bisnis dan UMKM tersebut.
Mereka berharap nantinya Komocha bisa membuka outlet dan Coffee shop sendiri, sehingga masyarakat pecinta kopi dapat menikmati kopi di outlet yang telah mereka sediakan serta bisa menjadi UMKM kelas nasional, dapat memberdayakan dan memberi pekerjaan kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Bukan cuma untuk Komocha aja, kami juga berharap kaum millenial di Indonesia dapat menghadapi tantangan demografi. Cara menghadapinya, ya anak muda harus kreatif dan inovatif. Salah satunya dengan membangun bisnis dan UMKM yang dapat meningkatkan perekonomian lokal hingga nasional," tuturnya. (Mg-3)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: