Subsidi Minyak Goreng Bikin  Heboh Bengkulu

Subsidi Minyak Goreng Bikin   Heboh  Bengkulu

radarbengkuluonline.com, BENGKULU – Sejumlah pedagang sembako di pasar-pasar dalam Wilayah Kota Bengkulu diresahkan dengan harga minyak goreng yang turun secara mendadak. Hal ini jelas membuat para pedagang di Pasar-pasar di Kota Bengkulu mengalami kesulitan dalam menjual minyak goreng mereka tersebut. Dengan modal kemarin yang masih mahal, pemerintah sudah menetapkan harga minyak goreng Rp 14.000, per liternya mulai  hari Rabu (19/01/2022) kemarin.

Fakta menyebutkan, harga minyak goreng sudah mengalami penurunan saat ini hanya di ritel-ritel modern saja. Seperti Alfamart, Indomaret, dan lain sebagainya.Sedangkan di pasar-pasar dan toko-toko, serta warung belum.

Suhardi (56) seorang pedagang sembako di Pasar Panorama Kota Bengkulu mengatakan, dalam 2 hari terakhir ini, banyak masyarakat terutama, ibu-ibu rumah tangga tidak jadi membeli minyak goreng di tokonya disebabkan harga minyak goreng sebenarnya masih mahal. Bahkan di pasaran masih mengalami kenaikan. Harga minyak goreng di pasaran, yaitu Rp 17.000 – Rp 22.000 per liter. Ini tergantung mereknya.

“Dalam 2 hari ini, 90% ibu-ibu tidak jadi membeli minyak goreng. Karena mereka pikir harganya sama seperti di Indomaret. Padahal modal kita masih seperti biasa. Belum ada subsidi minyak goreng dari pemerintah,” ujar Suhardi saat ditemui radarbengkuluonline.com, Jumat (21/01/2022).

Harga minyak goreng di Pasar Kota Bengkulu, masih tetap sama seperti sebelumnya. Baik itu di Pasar Panorama, Pasar Minggu dan Pasar Pagar Dewa, Kota Bengkulu. Bahkan, belum ada penurunan harga sama sekali. Jika para pedagang di pasaran ikut menyesuaikan harga minyak goreng dengan di ritel-ritel modern, mereka akan mengalami kerugian yang sangat besar. Karena, dari agen-agen/distributor minyak goreng pun belum ada subsidi dari pemerintah.

“Ya, kita tidak bisa menurunkan harga seperti Indomaret. Dari agennya saja harga masih sama. Saya kehilangan omzet 80% dari minyak goreng. Minyak goreng di Indomaret subsidi dari pemerintah. Sedangkan kita tidak dapat subsidi. Namun itu juga hak pemerintah. Kita tidak bisa ikut campur dalam masalah itu, ” ujar Suhardi.

Hebohnya harga minyak goreng turun, membuat banyak sekali ibu-ibu menanyakan harga minyak goreng di pasaran, terkait turunnya harga minyak. Mereka mengeluhkan dan bahkan membandingkan harga-harga minyak goreng di pasar dengan ritel-ritel modern. Mereka tanpa memikirkan perasaan para pedagang sembako di pasar, yang pusing akan harga minyak goreng ini.

“Dari agen naik terus. Pemerintah yang salah. Seharusnya yang disubsidi toko-toko. Bukan di ritel-ritel modern saja. Yang belanja disana kebanyakan orang yang pakek mobil dan berduit. Sedangkan yang belanja di toko biasanya hanya ibu-ibu rumah tangga,” ujar Suhardi.

Para pedagang sembako lain juga merasakan dampak dari harga minyak goreng yang turun ini. Syawal (57), pedangan Sembako di Pasar Minggu Kota Bengkulu mengatakan, bahwa turunnya harga minyak goreng dan subsidi yang tidak merata ini membuat kekacauan di masyarakat saja. Ia mengatakan, harga minyak goreng yang harus disubsidi, seharusnya kepada distributor/agen-agen secara nasional. “Distributor ini yang harus ditekan. Inilah yang harus disubsidi pemerintah secara nasional,” tegas Syawal.

Tidak hanya itu, Mery Sulastri (42), seorang Pedagang Sembako di asar Minggu juga mengatakan, ada keinginan untuk menjual minyak goreng dengan harga murah Rp 14. 000 jika pemerintah sudah memberikan subsidi minyak goreng secara merata di pasaran. “Ingin, namun habiskan stok barang yang ini dulu dengan modal kemarin,” ujar Mery.

Masalah minyak goreng tidak ada habisnya. Tidak tahu dari mana saja yang merasakan dirugikan akan masalah ini. Oleh karena itu, para pedagang sembako di Pasar Kota Bengkulu berharap, harga minyak goreng ini stabil agar tidak merugikan salah satu pihak. (Mg-4)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: