Usaha Tempe Rumahan Buat Pelanggan Terus Mencarinya

Usaha Tempe Rumahan Buat Pelanggan Terus Mencarinya

radarbengkuluonline.com, BENGKULU – Ditengah naik turunnya perekonomian karena pandemi, ini tidak membuat pengrajin  tempe berhenti beroperasi di Bengkulu. Apalagi pengrajin tempe rumahan yang mendapatkan sedikit keuntungan dari hasil jualannya.

Ahmad Ramadan (48),  yang  merupakan salah seorang pengrajin tempe rumahan yang beralamatkan di Jln. Merapi Ujung, Panorama, Kecamatan Singaran Pati Kota Bengkulu mengaku masih membuat tempe saat ini. Usaha kecil miliknya ini yang  berjalan sejak tahun 2016 yang sampai sekarang masih terus berproduksi. Sebab, ini merupakan mata pencahariannya sejak dahulu. Ia tetap mengutamakan bahan yang bagus agar mendapatkan hasil tempe yang maksimal. Dengan demikian, pelanggan   tidak kecewa. Mereka tetap mencari kita.

“Kacangnya ini kita beli dari gudang. Ini kacang impor dari luar. Seperti Thailand. Macam-macam lah,” ucapnya kepada radarbengkuluonline.com saat dihubungi Kamis (27/1) di tempat usahanya.

Dari sudut dapatnya, Ahmad mencoba membuka usaha untuk membuat tempe yang nantinya akan dijual ke pengepul dan juga diecerkan kepada masyarakat, tidak membuat dengan jumlah yang banyak sebanyak setiap harinya. Akan tetapi tempe buatan sesuai dengan keadaan saja. Sehingga, ia mampu bertahan hingga sekarang. “Kita kan gak berani buat banyak. Sehari itu buat paling sekitar 20 Kg saja.”

Bukan hanya pabrik besar, pabrik tempe rumahan milik Ahmad ini juga merasakan dampak dari kenaikan beberapa bahan untuk pembuatan tempe itu sendiri. “Dulu kan harganya sekilo Rp 7.000-8.000. Sekarang sudah Rp 9.000 lebih sekilonya.”

Memanfaatkan lokasi rumahnya yang dekat dengan pasar, membuat Ahmad dengan mudah memasarkan tempe buatannya. Tempe yang ia buat terbungkus dengan daun pisang dan juga plastik. Ia membuatnya tanpa menggunakan campuran pengawet, sehingga tidak mampu bertahan lama diruangan terbuka. “Tempe-tempe ini hanya mampu bertahan selama 2 hari saja kalau di luar ruangan, kecuali di dalam lemari pendingin baru bisa bertahan agak lama,” ujarnya.

Bermodalkan sekitar Rp 200 ribu dalam sekali produksi, tidak banyak keuntungan yang ia dapatkan. Tetapi dengan kembalinya modal setiap harinya, sudah cukup baginya untuk melanjutkan produksinya esok hari. “Modal sekitar dua Ratusan, ya untuk untung bersihnya sekitar Rp 125 ribu dalam sekali produksinya.”

Selain itu ia juga menuturkan, selama pandemi Covid-19 ini, itu sangat berpengaruh terhadap produksi tempe miliknya, yang hingga sekarang masih dirasakannya. “Menyusut ya sekitar 20% dari normalnya. Ini kan karena covid-19,  jadi berkurang,” tuturnya.

Beruntungnya, ia juga memiliki pelanggan tetap untuk menjual tempe miliknya ini selain dijual langsung ke pasar dan sekitar rumah.(Mg-2)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: