Pedagang Ketoprak Ini Berjodoh di Bengkulu

Pedagang Ketoprak Ini Berjodoh di Bengkulu

 

radarbengkuluonline.com, BENGKULU- Dampak dari Covid- 19 tampaknya takkan akan usai bagi pedagang dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap. Hal ini dirasakan, Sahrom (45), salah seorang buruh tani yang beralih menjadi penjual ketoprak di Jln. Danau Jembatan Kecil, Kota Bengkulu.

Sahrom mengaku, ia merupakan seorang perantauan asal Brebes yang merantau ke Kota Bengkulu tahun 2020 lalu. Ini awal pertama kali profesinya berubah menjadi seorang penjual ketoprak. Ia menambahkan, bahwa di Jakarta dan Jawa Timur, ia memang sudah berjualan ketoprak. Akan tetapi, sudah banyak kedai ketoprak yang ada disana. “Saya merantau dari Brebes bersama 10 teman saya. Di Brebes emang jadi buruh tani. Tapi karena adanya ajakan teman jadi saya ikut. Sedangkan anak istri saya ada di kampung halaman,” ucapnya saat ditemui radarbengkuluonline.com kemarin (27/1) ditempat ia berjualan.

Ketoprak, merupakan salah satu makanan dari zaman dulu yang digemari masyarakat Indonesia. Salah satunya Kota Bengkulu. Sahrom menuturkan, Kota Bengkulu sendiri, menjadi tempat yang tepat baginya untuk berjualan ketoprak. “Ketoprak mungkin makanan yang biasa bagi orang Jawa karena emang lidah orang Jawa suka yang manis-manis. Tapi beda dengan orang Sumatera yang suka pedas dan gurih. Dari sini juga saya berani mencoba dan ternyata sangat jarang orang menjual ketoprak. Hanya ada beberapa orang saja.”

Walaupun Sahrom termasuk UMKM baru di Bengkulu yang berjualan ditahun 2020, tetapi tidak menyurutkan ia dalam menjajakan ketopraknya. Sehingga untuk saat ini sudah banyak pelanggan tetap yang memesan ketoprak buatannya. “Untuk pelanggan kita dari semua kalangan. Tapi banyak yang dari pekerja PNS, anak sekolah dan pekerja bank yang mau makan siang disini,” ucapnya.

Walaupun demikian, kenaikan bahan pokok di pasaran menjadi salah satu kendala bagi Sahrom untuk berjualan. Sehingga ia harus bertahan dengan kedaan tersebut. “Walaupun bahan pokok naik, porsi dan ukuran tidak ada yang diubah. Ini sudah jadi risiko juga untuk kita berjualan kalau bahan pokok naik, apalagi semenjak covid-19 jadinya bahan pokok naik terus,” ujarnya.

Sahrom menyediakan 60 porsi cukup banyak seharinya untuk berjualan. Akan tetapi, tidak setiap hari dagangan yang ia sediakan habis. “Kita buka jam 8 pagi. Biasanya kalau rame jam 1 atau 2 sudah habis, jadi cepat pulang. Tapi hari ini sampe sore. Untuk porsi kita ga banyak. Hanya 60 porsi dan tidak habis terus kalo dagang,” katanya.

Ketoprak yang ia jual di bandrol dengan harga 13 ribu perporsinya dan isi dari ketoprak ada kuah kacang, bihun, toge, tahu dan ketupat. Akan tetapi ada kendala yang ia alami selama berjualan ialah kurang strategisnya tempat ia berjualan.

“Untuk lokasi kita saat panas ya panas banget. Kalo hujan ya saya ga bisa jualan. Karena kan ini hanya gerobak,takut badai,” ujarnya.

Sahrom mempunyai harapan yang cukup banyak mengenai bisnis ketoprak yang ia geluti selama ini. “Harapan saya semoga bisa memberikan tempat yang layak untuk pelanggan makan agar tidak kepanasan. Semoga banyak pelanggan yang makan di tempat kalau ada tempat yang layak nanti dan bisa membesarkan usaha ini kedepannya lebih baik lagi. (Mg-1)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: