Inilah Orang-Orang Yang Terlibat dan Bolak Balik di Provinsi Bengkulu (17)

Inilah Orang-Orang Yang Terlibat dan Bolak Balik di Provinsi Bengkulu (17)

Gubernur Bengkulu ,Dr. drh. H. Rohidin Mersyah, M.M.A dan Wakil Gubernur Bengkulu, Dr. H. Rosjonsyah, S.I.P., M.Si  yang memimpin Provinsi Bengkulu saat ini, termasuk para pejabat di Bengkulu harusnya bersyukur dan berterima kasih dengan  tokoh-tokoh dan rakyat Bengkulu tempo dulu. Sebab, mereka sudah berjasa besar berjuang hingga berdiri dan diresmikannya Provinsi Bengkulu tanggal 18 November 1968 . Pendirian Provinsi Bengkulu itu bukan hadiah, tapi, ada proses perjuangan panjang warga dan tokoh masyarakat  Bengkulu.  Sebab, Bengkulu waktu itu adalah Residen Bengkulu yang merupakan bagian dari Provinsi Sumatera Selatan. Pemisahan diri dari Sumatera Selatan itu juga tidak mudah. Mereka banyak yang terlibat dan bolak balik untuk memperjuangkan Provinsi Bengkulu. Perjuangannya itu mirip dengan pendirian negara Republik Indonesia. Ini perlu diketahui oleh semua warga Bengkulu agar semua tahu dan menghargai perjuangannya. Dengan demikian nantinya dan bisa juga mengisi pembangunan ini bersama pemerintah. Mengapa memisahkan diri? Apa yang dihadapi? Siapa yang terlibat? Mau tahu! Gampang! Baca Laporan wartawan radarbengkuluonline.com secara sambung - menyambung setiap hari.

AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu

Bentuk Badan Pekerja Tingkat I Bengkulu 

radarbengkuluonline.com - Panitia Persiapan Daerah Provinsi Bengkulu yang ditugaskan untuk membentuk Badan pekerja ini pada tanggal 1 Agustus 1964 mengadakan rapat gabungan untuk membentuk panitia penyelenggaraan sidang paripurna persiapan daerah tingkat I Bengkulu.

Sidang paripurna ini kemudian digelar di Gedung Nasional tanggal 25-31 Agustus 1964. Sidang ini dipimpin oleh A.Hamid, Wakil Ketua DPRD-GR Kotapraja Bengkulu sekaligus ditunjuk sebagai pimpinan sidang. Sekretaris Sofyan Yusuf SH dan dan pencatatnya Burhanudin.

Sidang ini menyetujui pembentukan Badan Pekerja Panitia Persiapan Daerah Tingkat I Bengkulu berbentuk sebuah Presidium yang anggotanya terdiri dari 4 wakil daerah tingkat II dan wakil dari partai Politik tingkat I Bengkulu.

Susunan personalianya Alisyahbana, Kotapraja Bengkulu, Yakub Bachtiar Bengkulu Utara, Mahmud Amran Bengkulu Selatan, A Sani Rejang Lebong. Dari partai politik antara lain Sulaiman Effendi BA dari PNI, F Emping dari IP-KI, Dahlan Zaini dari NU, Marzuki Wahid dari PSII, Adnan Ilyas PI Perti, Sulaiman Ismail dari Partindo, Ismail Daud dari PKI, Sekretasis Jendral Hanan Gilik SH, para sekretaris M.Jafri, Drs. Hasnul Basri, Drs. Nurdin Amin.

Pimpinan atau ketua presidium secara periodik. Kegiatan dipusatkan di Kotamadia Bengkulu. Kantor perjuangan di rumah Residen Bengkulu. Kemudian dibentuk biro-biro. Jumlah anggota 60 orang. 12 orang anggota duduk sebagai anggota presidium, 4 orang sebagai sekjen dan wakil-wakilnya . 44 orang duduk di biro-biro. Kemudian dibentuk delegasi yang akan diturunkan ke Jakarta.

Delegasi ini ditetapkan tanggal 10 September 1964. Tugas delegasi ini adalah menemui pemerintah pusat untuk memproses menjadikan Bengkulu sebagai provinsi yang berotonomi penuh, menemui pemerintah pusat partai politik di Jakarta untuk mendapatkan dukungan serta mempermudah penyelesaian DPRD GR.

Delegasi yang dikirim ini kemudian menemui pimpinan partai politik di Jakarta dan pimpinan ini pada umumnya menyatakan dukungannya dan akan membicarakannya pada fraksi-fraksi di DPR-GR. Kemudian mereka juga menemui presiden. Namun usaha ini tidak berhasil karena presiden banyak perjalanan di luar negeri. Mereka hanya diterima Mendagri Dr Sumarno dan mereka menyampaikan maksud dan tujuannyanya.

Mendagri pun sudah paham maksud kunjungan delegasi ini dan dia akan mengembalikannya kepada DPR-GR. Mereka juga menemui Ketua Arudji Kartawinata yang juga pimpinan DPRD-GR dan dia juga memahami maksud kunjungan delegasi ini dan akan membawa persoalan ini kepada komisi bersangkutan.

Setelah itu, delegasi ini menyampaikan hasil kunjungannya kepada Presidium di Bengkulu dan mengambil alih hasil kunjungan kerja delegasi tersebut. Saat ini kondisi di Bengkulu sedang memuncak politik Nasakomisasi dalam segala bentuk. Orang-orang dianggap tidak menerima politik Nasakomisasi tersebut dengan tegas dinyatakan koministo phobi, anti Pancasila, anti Bung Karno, anto revolusi.

Dalam hal ini Hanan Gilik SH termasuk dalam katagori ini. Kemudian beliau ditarik dari Bengkulu dengan mengalami berbagai peristiwa terhadap pribadinya. Selama Januari-Agustus 1965 presidium mengadakan persiapan serta konsolidasi Badan Perjuangan sampai ke daerah-daerah.

Kegiatannya mengalami kemunduran karena keadaan yang tidak mendukung akibat suasana politik lebih menjurus kepada peganjangan Nekolin Malaysia serta munculnya politik Nasakomnisasi. Tubuh badan perjuangan sendiri digerogoti oleh kaum komunis dari dalam. Mereka mempergunakan kesempatan akan kepentingan politik partai.(bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: