Kebun Plasma PT DDP Jalanya Buruk, Lahan dan Tanaman Tidak Produktif

Kebun Plasma PT DDP Jalanya Buruk, Lahan dan Tanaman Tidak Produktif

radarbengkuluonline.com, MUKOMUKO - Klaim salah seorang anggota kebun plasma PT DDP di Desa Gajah Makmur, Kecamatan Malin Deman yang tergabung dalam wadah KUD Maju Bersama, Rahmadi yang menyebutkan program kemitraan kebun plasma PT DDP itu gagal, bukan tanpa dasar.

Ia menyebutkan, lahan sekitar 416 hektar milik masyarakat yang pengelolaannya dipercayakan kepada pihak PT DDP selaku perusahaan perkebunan kelapa sawit, seperti tidak diurus dengan serius. Sehingga menyebabkan para anggota merasa dirugikan.

Tak serius diurus, menurut Rahmadi terlihat dari fasilitas jalan di area kebun plasma tersebut yang memprihatinkan. Belum lagi tanaman sawit yang juga tidak diurus dengan baik, sehingga hasil produksi juga tidak memuaskan. "Belum lagi, persentase tanaman sawit yang tumbuh itu, hanya sekitar 50 persen dari luas lahan. Banyak sekali lahan masyarakat yang terbengkalai, tidak produktif. Inikan jadi bukti kalau perusahaan tidak serius mengelola kebun plasma KUD Maju Bersama ini," sampai Rahmadi.

"Yang saya sampaikan ini bukan mengada-ada. Silahkan cek langsung ke lapangan bagaimana kondisi kebun plasma DDP di Gajah Makmur itu," tegasnya.

Suratno, selaku Sekretaris KUD Maju Bersama tidak menapik kondisi kebun plasma seperti yang disampaikan Rahmadi. Ia menggambarkan kondisi jalan kebun plasma. "Kalau hari hujan, itu kami sudah susah mengeluarkan buah. Memang jalannya belum bagus," ujarnya.

Mengenai persentase tanaman yang tumbuh, ia juga mengaku banyak tanaman sawit yang ditanam tidak tumbuh. Banyak lahan yang akhirnya tidak produktif. Kondisi inilah yang menjadi penyebab bagi hasil ke pemilik lahan selama ini belum memuaskan. "Kalau kebun plasma yang lain itu, untuk melangsir Rp 50 saja orang mau, Mas. Kalau kebun kami ini Rp 100 saja belum tentu mau. Kalau hujan, gak bisa lagi melangsir. Itulah gambaran kalau kondisi jalan kebun," aku Suratno.

Mengenai lahan yang tidak produktif, alasan Suratno, kontur tanah yang perbukitan membuat tidak semua lahan bisa ditanam. Kemudian, di areal Gajah Makmur itu, kata Suratno, banyak hama tanaman sawit. Baik babi hingga gajah liar. "Banyak tantangan Mas kebun sawit di desa kami ini. Mulai dari kondisi lahan yang perbukitan, hama tanaman. Tidak mudah," sebut Suratno.

Anggota Mulai Kelola Sendiri

Diakui Suratno, karena merasa tidak puas dengan hasil selama ini, sekarang ada beberapa anggota yang mulai mengurus lahan masing-masing secara mandiri. Hal ini menjadi persoalan baru tehadap pengelolaan kebun plasma PT DDP ini.

Yang menjadi persoalan yaitu, kewajiban angsuran kredit ke bank bagi setiap anggota kebun plasma yang harus dibicarakan. "Ada 100 hektar lebih itu, sekarang sudah kelola sendiri. Sekitar 300 hektar itu masih dikelola oleh KUD. Nah, yang pemilik lahan yang 300 hektar ini, sekarang menerima Rp 500 sebulan per hektar. Kami sedang mengajukan agar bisa Rp 1.500.000 sebulan per hektar. Yang 100 hektar ini memang belum, karena mereka ngurus kebunnya sendiri," bebernya. (sam)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: