BRI Dukung Atiq Batik Besurek Bengkulu Go Internasional
Diundang Raja Salman Hingga Raih Penghargaan dari Presiden Joko Widodo
Kain batik Besurek menjadi kebanggaan masyarakat Provinsi Bengkulu. Bermotif Kaligrafi Arab menjadi ciri khas yang membedakan dari motif batik yang ada di nusantara. Namun sayangnya, usaha batik kain besurek yang kental dengan budaya Islam dengan seni kaligrafi dan keunikan lokal bunga Rafflesia ini sempat terancam eksistensinya karena pandemi Covid-19 yang berdampak buruk pada semua sektor, termasuk para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di seluruh Indonesia, tak terkecuali di Provinsi Bengkulu.
Perlahan tapi pasti, para pelaku Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) kain batik Besurek di Provinsi Bengkulu kini mulai bangkit lagi, bahkan hingga ada yang menuai prestasi gemilang. Salahsatunya Atiqah Opet Owner brand Atiq batik Besurek Bengkulu yang usahanya pernah mendapatkan penghargaan Paramakarya dari Presiden Joko Widodo dan mendapatkan undangan khusus dari Raja Salman.
AGUSTIAN - BENGKULU
Rabu (23/3) pagi, sang mentari tampak berseri-seri menyinari Kota Bengkulu, tempat dimana lahirnya ibu negara pertama Fatmawati Soekarno. Sinarnya yang cerah seolah-olah memberikan semangat dan harapan baru bagi kemakmuran masyarakat di Kota Bengkulu ditengah pandemi Covid-19.
Ada satu sosok wanita yang sangat berjasa yang mengenalkan batik Besurek Bengkulu yang produknya kini sudah mendunia. Wanita muda ini, juga adalah pengurus Dewan Kerajinan Nasional (Dekranas) yang dipimpin oleh Ibu Walikota Bengkulu.
"Motif batik Besurek, tidak banyak, hanya ada dua macam, yaitu Kaligrafi dan Bunga Rafflesia. Yang membedakan adalah corak, warna, jenis bahan, proses pembuatan, harga dan kualitas," ujar Atiq owner Atiq batik Besurek Bengkulu yang terletak di Jalan Soekarno Hatta No.50 RT.1/1, Kelurahan Anggut Atas, Kecamatan Ratu Samban, Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu.
Dijelaskan, bahan batik Besurek ada beberapa macam, antara lain kain katun, bahan dobi, santun baby atau semi sutra, sutra, tuis, dan APBM sutra tenun.
"Bahan, obat dan lilinnya saya ambil langsung dari Jakarta," terangnya.
Diungkapkannya, batik Besurek Atiq memiliki tempat pembuatan batik di Daerah Simpang Kandis, Kelurahan Kandang, Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu.
Disana, dilakukan kegiatan proses pembuatan batik. Prosesnya tidak jauh berbeda dengan proses pembuatan batik Jawa, mulai dari melukis dengan pensil, mengecap bahan, dicating, diberi warna, kemudian dicating lagi atau dililin, diwarnai lagi dan terakhir diberi obat agar motif batiknya tidak luntur.
"Proses pembuatannya bisa memakan waktu sampai 1 minggu," katanya.
Atiq menjelaskan, saat ini Atiq Besurek Bengkulu memiliki 15 orang karyawan untuk pengrajin batik dan 5 orang karyawan sebagai penjahitnya.
Ditambahkan, batik Besurek yang ada, beraneka macam model. Mulai dari baju, bahan, kain, peci, syal, sarung, sampai dompet.
"Mengenai harga, kita bandrol mulai Rp 70 ribu untuk bahan dengan panjang 2 meteran sampai Rp 2 juta untuk batik tulis dengan bahan sutra. Untuk bajunya, kita bandrol mulai dari Rp 140 ribu sampai Rp. 600 ribu," bebernya.
Diceritakan Atiq, usaha batik Besurek ini adalah warisan dari ibundanya. Ibunya adalah salahsatu yang mengembangkan usaha Batik Besurek di Provinsi Bengkulu.
"Mama (ibu), pada tahun 90-an lalu membuat ketakutan orang memakai batik, karena takut luntur menjadi bagus dan membuat orang tertarik untuk memakai batik ini. Sewaktu masih sekolah Taman Kanak-kanak, saya sering diajak mama melihat-lihat pameran batik. Sehingga timbul kecintaan dan menekuni usaha ini sampai sekarang. Saya berharap, Batik Besurek, semakin dikenal luas hingga mancanegara," kata Atiq.
Dijelaskan, kendala yang dihadapi pengrajin batik di Bengkulu adalah ketersediaan bahan baku. Tenaga kerja adalah tenaga kerja yang telaten.
Selain di Bengkulu, sambungnya, batik Besurek Atiq juga memiliki tempat pembuatan batik di Pulau Jawa, yakni di Solo.
"Dulu orang banyak tidak suka menggunakan baju batik alasannya karena tidak tahan lama mudah luntur, warnanya tidak cerah," jelasnya.
Diterangkan, batik Besurek yang dihasilkan saat ini tidak mudah luntur dan diminati masyarakat dari anak muda hingga orangtua. Bersama Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Provinsi Bengkulu, Atiq sering mengikuti pameran ke luar kota bahkan hingga ke luar negeri.
"Saya tahun 2013 pameran di Paris Perancis lalu ke Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Thailand, Dubai, India dan Arab Saudi," ungkapnya.
Khusus Arab Saudi, kata Atiq, ia diundang langsung oleh Raja Salman dan mendapatkan umroh gratis. Bahkan Atiq juga pernah mendapatkan penghargaan tertinggi dari Presiden Republik Indonesia Joko Widodo, yaitu penghargaan Paramakarya.
"Bangga sekali bisa membawa batik Bengkulu Go Internasional," ujar Atiq.
Dengan banyaknya kesempatan pameran di luar negeri, ia bisa melihat tren fashion batik terkini.
"Seiring perkembangan zaman dan permintaan pasar, motif dan warna batik Besurek semakin tajam dan menggunakan warna yang terang" jelas Atiq.
Sementara itu, Atiq juga secara khusus mengucapakan terima kasih kepada Bank BRI Cabang Bengkulu yang terus mendukung serta membantu mengembangkan usaha para pelaku UMKM di Bengkulu, dan juga mendukung menyiapkan fasilitas perbankan seperti ATM BRILink, dan membantu permodalan usaha dari BRI.
"Saya selalu mengikuti program peningkatan kualitas dan kuantitas usaha dalam era digital marketing dan berinovasi untuk negeri. Terima kasih BRI atas kemudahan yang diberikan kepada para pelaku UMKM," ungkapnya.
Sementara itu, Pimpinan Cabang Bank BRI Kantor Cabang Bengkulu Ronaldo Nasution menjelaskan, BRI terus mendorong para pelaku UMKM Bengkulu agar go internasional.
"Sebagai bentuk kepedulian, BRI selain menyalurkan bantuan permodalan bagi pelaku UMKM, BRI juga memberikan pelatihan dan pendampingan bagi para pelaku UMKM agar terus tumbuh dan berkembang," tegasnya. (ags)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: