Mesjid Tertua di Bengkulu Tengah Aman dari Gempa, Ini Rahasianya

Mesjid Tertua di Bengkulu Tengah Aman dari Gempa, Ini Rahasianya

radarbengkuluonline.com, BENTENG - Wisata religi menjadi salah satu kegiatan yang gemar dilakukan masyarakat kala bulan Ramadan tiba. Selain berziarah, mengunjungi masjid-masjid berarsitektur indah dan unik juga bisa menjadi pilihan. Termasuk deretan masjid di Kabupaten Bengkulu Tengah yang memiliki kekhasannya sendiri.

Salah satunya mesjid tertua di Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng.) Yakni Mesjid Al Ikhlas yang terletak di Desa Padang Betuah, Kecamatan Pondok Kelapa, Kabupaten Bengkulu Tengah yang berdiri pada tahun 1800 yang kini telah menjadi cagar budaya.

Sementara itu, Sukri, keturunan pendiri Masjid Al Ikhlas, H. Mansyur asal Sumatera Barat, menjelaskan, masjid awalnya digunakan sebagai pusat penyebaran agama Islam dan tempat berkumpulnya masyarakat dalam mengusir penjajah.

"Selain tempat ibadah, masjid ini juga sebagai tempat basis perlawanan masyarakat melawan penjajah yang juga dipimpin oleh H.Mansyur," jelasnya kepada radarbengkuluonline.com kemarin.

Diterangkan, Masjid Al Ikhlas menempati tanah wakaf seluas 395 m2 dan luas bangunan masjid 80 m2, dapat menampung 320 jemaah. "Awalnya masjid beratap alang-alang. Namun secara keseluruhan saat ini masjid tidak ada pemugaran yang mengubah bentuk masjid," jelasnya.

Ditambahkan, tiang-tiang penyangga masjid yang terbuat dari kayu disusun tidak terputus. Namun, saling menyambung. Penggunaan paku tidak dominan, namun lebih menggunakan pasak kayu.

Diterangkan, dinding masjid terbuat dari semen, namun bagian dalam dinding itu tidak diisi dengan batu bata, melainkan bambu atau bidai.

Bambu itu dibelah dan dipecah-pecah. Yang dijadikan sebagai pengganti batu bata. Lalu batang bambu itu setelah disusun baru ditutup dengan semen. Ini rahasia mengapa masjid selalu kokoh tak rusak karena gempa. "Saat gempa masjid ini tak pernah rusak dihantam gempa sejak dahulu," jelasnya.

Dijelaskan dia lebih lanjut, saat ini masjid tertua di Bengkulu Tengah ini tidak lagi digunakan untuk salat masyarakat desa. Karena, ukurannya yang kecil sekitar 6 x 6 meter. "Masjid tua tersebut kini digunakan anak-anak untuk belajar mengaji. Sedangkan masyarakat membuat masjid yang lebih besar lagi," pungkasnya. (ags)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: