Skula Adat Penjaga Mandat Leluhur Diluncurkan di Rejang
radarbengkuluonline.com, BENGKULU - Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Daerah Taneak Jang meresmikan peluncuran Skula Adat 'Penjaga Mandat leluhur,' Rabu, 27 April 2022. Peresmian sekolah yang mengedepankan pendidikan adat sebagai komponen bahan ajarnya ini dihadiri langsung oleh Bupati Lebong, Kopli Ansori.
"Konsep pendidikan ini kami bangun sebagai bentuk keprihatinan dan tanggung jawab kami terhadap kondisi Anak Kutoi Jang (Anak Suku Rejang) yang kini semakin jauh dari tradisi dan budayanya," kata Ketua AMAN Daerah Taneak Jang, Rafik Sanie di Amen, Lebong.
Skula Adat 'Penjaga Mandat Leluhur' ini sengaja menggunakan dialek Rejang untuk penyebutan istilah sekolah. Dalam praktiknya, sekolah ini akan mengajarkan bagaimana pengetahuan mengenai aksara Ka Ga Nga, seni sastra lisan Rejang seperti Neanei, Berejung, Sambei, dan Syaer.
Termasuk pula belajar mengenai cara membuat anyaman seperti Beronang, Tampa, Bakul Sirih, Cakik, Bubu dan lainnya. "Bahkan ada juga pelajaran mengenai permainan tradisional asli Rejang, alat musik tradisional, dan hal lain yang terkait mengenai identitas suku Rejang," kata Rafik.
Sejauh ini, Rafik mengaku, sudah ada lebih dari 40 orang yang telah mendaftar sebagai peserta belajar di Skula Adat. Dengan usia pesertanya pun bervariasi. Mulai dari 5 tahun hingga usia 25 tahun. "Jadwal belajarnya setiap Jumat sore dan Minggu Pagi," katanya.
Penjaga Tradisi Adat
Bupati Lebong, Kopli Ansori mengaku mengapresiasi inisiatif pendirian sekolah adat yang digagas oleh AMAN Daerah Taneak Jang. Ia menilai bahwa upaya membentengi generasi dengan pengetahuan soal adat istiadat dan budaya bisa menjadi bekal majunya sebuah daerah.
"Maju dan suksesnya sebuah daerah mesti diawali dengan penguasaan soal budayanya. Kalau ini sudah dikuasai, maka tak akan ada halangan menghadapi era globalisasi," kata Kopli.
Dikatakannya, Skula Adat ini bisa menjadi ruang yang bisa mengumpulkan pengetahuan leluhur Suku Rejang yang diwariskan secara turun temurun. Seperti acara ritual, cerita atau bertutur, menganyam, bercocok tanam, tari-tarian dan lain sebagainya.
"Skula Adat bisa mendorong generasi kita memiliki keterikatan dengan budayanya kembali," kata Kopli.
Sementara itu, ketua AMAN Wilayah Bengkulu, Deftri Hardianto menyebutkan, saat ini AMAN memang secara khusus telah membentuk Yayasan Pendidikan Masyarakat Adat Nusantara (YPMAN) yang memang memfokuskan diri pada pembentukan sekolah-sekolah adat.
Selama ini, kata Deftri, selama beberapa generasi sistem pendidikan di Indonesia telah memberangus kekhasan pengetahuan yang dimiliki masyarakat adat melalui penyeragaman budaya. Akibatnya, anak-anak yang mengenyam pendidikan di sekolah formal, cenderung menjauh dari nilai-nilai adat mereka.
"Anak-anak kita diajarkan bahwa keberhasilan itu berarti meninggalkan wilayah dan budaya mereka. Pendidikan nasional kita cuma mengajarkan ilmu pergi dan membuat orang lupa pulang ke kampungnya," kata Deftri. (idn)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: