Bunuh Novel

Bunuh Novel

Banyak sekali tulisan di media mengenai peristiwa ini. Saya membacanya berhari-hari, sedikit-sedikit, sebagai bahan tulisan ini. Salah satu tulisan terbaik, menurut review gratis saya, adalah karya Zane Sparling dari Oregonian.

Saya pernah berteman dengan seorang novelis Indonesia yang mati muda. Katanya: "Hidup paling bebas itu menjadi penulis novel. Puas. Bisa membunuh orang yang paling ia benci". Aman. "Tanpa terkena pasal KUHP," ujarnya sambil terkekeh.

Nancy tidak puas hanya membunuh di dalam novelnyi. Membunuh di novel hanya dapat honor. Membunuh di luar novel dapat asuransi. Plus penjara seumur hidup. (Dahlan Iskan)

 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Sama Sulit

 

Kang Sabarikhlas

 

Pagi tadi saya pingin sarapan soto banjar di 'resto'Disway tapi di luar resto kok rame ada 'demo', saya lari takut kepentung. Kebetulan ada penjual pecel lesehan, saya nikmati pecel manis pedes. oh.ya itu pecel ditaruh dipincuk daun pisang dilapisi koran. habis makan 'taklirik' koran yg dijadikan pincuk..wow.. ada Abah, eh anu gambarnya Abah dengan senyumnya. pantesan ada yg bilang Abah itu the smeling jurnalis sumringah, pun dipincuk tetap senyum sumringah. saya pun slalu senyum tapi kok kecut... apa karna..sulit : sulit = sulit²...duh. ayok demo aja...

 

Harun Sohar

 

Pak Dahlan kurang cepat pula masuk dunia digital. Tahun 2006 saya pernah menawarkan kerjasama market place mirip Buka Lapak ke Jawa Pos. Market Place saya itu isinya UMKM khusus Jawa Timur, sayangnya ditolak mentah-mentah oleh orang JP. Saat itu memang belum ada smartphone hingga pengguna masih pakai laptop saja.

 

Jimmy Marta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: