Cerpen: Hati Yang Luka

Cerpen: Hati Yang Luka

Ilustrasi cerpen-disway.id/Yar Azza-

 

Cerpen: Hati Yang Luka

Karya : Azmaliar Zaros

 

 

RADARBENGKULUONLINE.COM -  Udara di Kota Bengkulu malam ini cerah. Namun mata Budi belum juga terkatup. Lagi mikirin apa ya? Sudah berulang kali dia memejamkan mata itu, tapi belum juga mau tertidur. Padahal istrinya sudah lama tertidur. Mungkin sudah dibuai mimpi indah kali ya! 

Budi belum mau tertidur karena dia bingung. Ia tidak tahu harus berbuat apa sekarang. Begini salah, begitupun salah. Tidak berbuat juga salah. Kebingungannya itu dari hari ke hari semakin parah.

 

Sudah sering dia mencari jalan untuk keluar dari masalah itu. Apa daya, jalan itu belum jua nampak. Istrinya semakin bertingkah. Ia semakin memperkokoh kekuasaannya di rumah tangga yang telah dia bina 3 tahun lebih 10 bulan, 10 hari.

Ia tidak punya apa-apa lagi. Maksudnya, tidak mempunyai kekuasaan yang bisa dibanggakan sebagai pimpinan rumah tangga. Yang berkuasa adalah Zubaidah. Nama itu tidak lain dan tidak bukan adalah istrinya sendiri. Sedangkan dia sendiri dianggapnya berada di bawah kekuasaanya. Berada di bawah tekanan istri. Alamaaak.

 

Sejak berada di bawah tekanan istrinya,  Budi tidak bisa berbuat banyak. Rasa malunya semakin besar. Ia merasa malu berhadapan dengan tetangganya. Pasalnya, istrinya akhir-akhir ini sudah berani membentak –bentak dihadapan tetangga.

Bukan itu saja, istrinya juga sering mengejek dan menjulukinya dengan sebutan yang tidak baik untuk dituliskan disini. Tetapi kalau mau tahu juga, bisa datang langsung ke tempatnya. Ia pasti akan ceritakan itu. Tapi, ada syaratnya. Apa itu? Ya, jangan diceritakan dengan siapa pun juga. Termasuk kepada istrinya juga.

 

Dengan julukan itu, istrinya berbuat sesuka hatinya di tempat tidur. Dia menghimpit  Budi seenaknya tanpa merasa bersalah. Istrinya juga pernah menyikutnya di tempat tidur sampai suaminya itu terjatuh ke bawah tanpa bisa mengucapkan kata ‘’Tolooong.’’

Yang menyedihkan lagi, istrinya itu mengatakan tubuh  Budi busuk sekali, meskipun kenyataannya dipakainya juga.

 

Sebagai orang yang setia mandi setiap hari,  Budi jelas tersungging. Eh, maksudnya tersinggung. Mandinya juga selalu pakai sabun mandi yang sering dipakai artis terkenal. Kamu pasti tahu nama artis tersebut. Ayo ngaku saja!

Badannya harum mewangi sepanjang hari. Dia juga selalu menyikat gigi setiap hari. Sikat giginya juga tiga kali sehari. Tidak seperti istrinya yang kadang kala gosok gigi dan kadang kala tidak. Tapi, dia tak mau menyebutkan itu kepada istrinya. Sebab, ia tak mau menyakiti hati istrinya sendiri, meskipun dia sering disakiti sesuka hati.

 

Terkadang dia juga ingin menyampaikan soal keganasan istrinya kepada tetangganya agar bisa keluar dari masalah ini, namun tiba-tiba muncul pikiran yang tidak enak nantinya.

Kalau salah menyampaikan, malahan dia bisa diperolok-olokkan tetangganya itu. Karena malu menyampaikan masalah yang dihadapinya, akhirnya dia pendam sendiri masalah itu.

 

Sebenarnya, Budi mau lari. Maksudnya, bercerai dengan istrinya itu. Tetapi setelah dia pikir-pikir, akhirnya diputuskan tak jadi. Sebab, perceraian itu belum tentu menyelesaikan masalah. Karena, dia kasihan dengan anaknya yang 2 orang yang masih kecil-kecil itu. Bahkan, bisa menambah masalah.

Anaknya yang pertama   sudah memberikan semangat dan motivasi kepadanya selama ini tentu akan sedih kalau rencana ini dilaksanakan . Ia pasti akan sedih. Begitu juga halnya dengan anaknya yang nomor dua yang juga masih butuh kasih sayang .

 

Ia pasti akan bertanya-tanya kepada ibunya setelah berpisah nanti. Sebab dia masih butuh kasih sayang seorang ayah juga. Siapa yang akan mengurus dan memberi mereka makan dan berbagai kebutuhan lain nanti. 

Ada juga muncul rencana dia untuk membicarakan hal ini dengan orangtuanya, namun setelah dipikir-pikir lagi, itu juga tidak bagus. Sebab, orangtuanya bisa marah dengan menantunya itu. Sebab dia tahu sifat istrinya suka mau seenaknya saja.

 

Bisa-bisa orangtuanya akan mengucilkan anak-anak dan istrinya nanti. Bisa ribut besar antara kedua keluarganya itu. Kalau ini yang terjadi, istrinya bisa ambruk. Dia bisa jadi stres. Kalau sampai istrinya stres, dia juga akan malu nanti. Anaknya pasti akan mersakan dampaknya. Dia akan disalahkan orang dan keluarga istrinya.

Kalau dia mengajukan cerai, dia optimis istrinya mau. Pasalnya, istrinya  merasa cantik sekali dan sudah seperti artis saja. Bawaannya setiap hari berdandan seperti anak gadis. Di samping itu, istrinya selalu menyemprotkan deodoran ke ketiaknya, sehingga membuat orang yang lewat menoleh ke arahnya.

 

BACA JUGA:Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (31-Tamat), 24 Juni 1914 Bangkahulu Digoncang Gempa

Anehnya, gara-gara mencium bau deodoran yang dipakai istrinya itu, Budi jadi mual. Dia seperti mau muntah dan pingsan. Ini bukan karena dia iri melihat  istrinya yang kelihatannya cantik karena selalu berdandan, akan tetapi mual melihat sikap dan tingkah lakunya yang tidak baik itu.’

’Ma, kalau berdandan yang wajar-wajar sajalah. Jangan berlebihan begitu,’’saran  Budi.

 

Mendegar saran itu, istrinya bukan sadar. Tetapi dia malah semakin marah. Tidak mau mendengarkanya dan malah mengejeknya.

‘’Sudahlah kak. Tak usah iri dengan saya. Urus sajalah diri sendiri! ’’begitu ucap istrinya waktu itu.  

 

Pelecehan itu dirasakannya berawal dari ia menceritakan kejadian yang dialaminya saat ia berangkat ke Jakarta melihat anak temannya masa SMA yang bekerja di perusahaan bonafid. Waktu  di Jakarta, badannya sakit-sakit dan makan tak enak.Untuk mengobati itu, ia minta kepada temannya untuk diantar ke tukang  urut.

Karena sulit mencari tukang urut,  dia pergi ke panti pijat. Pasalnya, di panti pijat itu ada tukang urut yang laki-lakinya.  Rupanya benar, setelah dipijat itu, badanya mulai segar dan nafsu makannya kembali baik.

 

Setelah pulang ke Bengkulu, ia pun menceritakan hal ini. Rupanya, setelah mendengar penjelasannya, istrinya marah-marah. Suaminya itu dikatakan yang tidak-tidak. Menyeleweng. Istrinya menghina habis-habisan. Sebab, menurutnya panti pijat itu adalah tempat yang tidak baik. Tempat menyimpang.

Masalahnya, di Jakarta panti pijat itu dia dengar digunakan orang berbuat yang tidak-tidak.  Disana panti pijatnya dilayani wanita-wanita penggoda. Padahal, tidak semuanya begitu. Ada juga panti pijat yang menyiapkan tukang urut laki-laki. 

BACA JUGA:Tidak Gentar, Guru Honorer Ini Bertaruh Nyawa Demi Tugas Mulia, Tumpukan Limbah Batu Bara jadi Sahabat

 

Meskipun dia sudah menjelaskan di panti pijat itu dia diurut oleh kaum laki-laki. Bahkan dia sudah menyuruh untuk mengeceknya ke alamat panti pijat yang disebutkannya, tetapi istrinya tidak terima.

‘’Itu kan dalih saja. Yang namanya panti pijat, tetap panti pijat. Pelayannya sudah pasti kaum wanita penggoda, dan mengajak orang menyeleweng,’’ ketusnya.  

 

Karena kesan buruk yang diterimanya , maka dia juga mengangap suaminya itu menyeleweng juga. Berkhianat atas cinta. Sebenarnya, kalau istrinya mau mendengar penjelasannya lebih lanjut tentang tujuannya ke panti pijat, tentu peristiwa ini tidak sampai terjadi.

Lagi pula, penjelasan  Budi ini masuk akal. Karena di Jakarta ini memang ada panti pijat  yang menyiapkan tukang pijit dari kaum laki-laki dan wanita. Ini disiapkan panti pijat untuk orang yang sulit mencari tukang pijat. Itupun kalau istrinya mau berpikir panjang.

 

Kalau pun Budi mau nyeleweng ke panti pijat, tentu hal itu tidak mungkin diceritakannya pada istrinya. Tapi, ya apa boleh buat. Itu semua sudah terjadi.

Budi sendiri juga heran kenapa istrinya sampai berbuat begitu. Padahal mereka selama ini selalu rukun. Tidak ada cekcok. Masa gara-gara salah pengertian semuanya jadi kacau begini. Hatinya luka bagai disayat sembilu. Pedih sekali rasanya.

 

Walau pun sikap dan kata-kata istrinya ini menyakitkan hati, ia berusaha berpikir positif. Ia menganggap ini adalah cobaan bagi dirinya. Siapa tahu, di balik masalah ini, ada hikmah tersembunyi. ia sadar, dia bukan siapa-siapa. Nabi Muhammad SAW yang baik dan sudah dijamin Allah SWT masuk syurga itu, masih dimusi orang Arab waktu itu.

Budi menyesal juga. Kenapa dirinya sampai mengatakan hal yang sejujurnya itu kepada istrinya. Kalau tidak diceritakan hal ini kepada istrinya, tentu masalahnya tidak serumit ini.

 

Tetapi apa boleh buat. Hal ini sudah terjadi. Kata-kata itu tak mungkin ditariknya kembali. Sementara ini, Budi terpaksa pasrah dalam langkah.

Ia berusaha tabah dan sabar menghadapi istrinya yang sedang memuncak emosinya sambil terus berdoa siang malam setiap selesai sembahnya. Siapa tahu bisa berubah nanti. Moga-moga saja istrinya mendapat petunjuk dari Allah dan bisa mengubah sifatnya yang tak baik untuk digugu dan ditiru itu.(*) 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: