Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (4) - Ayahnya Bekerja di Perusahaan Belanda

Inilah Kisahnya  Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu  (4) - Ayahnya Bekerja di Perusahaan Belanda

Tempat mainan anak-anak di Boom Baru Tapak Paderi dahulu merupakan tempat bongkar muat barang dari laut karena tidak ada pelabuhan. Sekarang kondisinya makin dangkal karena tidak dikeruk-Azmaliar Zaros-radarbengkulu.disway.id

Bengkulu pada waktu itu adalah pelabuhan untuk ekspor hasil hutan dan perkebunan. Pelabuhannya itu tidak ada dermaganya.

 

 

Jadi, kapal-kapal yang singgah sekali seminggu waktu itu, mereka tidak bisa merapat ke pantai. Penumpang dan barang -barang diangkut dengan perahu-perahu .

Baik itu dari darat, maupun dari laut. Arus gelombangnya waktu itu besar dan sangat berbahaya. Apalagi waktu musim kemarau.

 

 

Pada waktu itu, di daerah ini hanya ada satu jalan. Yaitu jalan Marlborough dan oleh warga biasa disebut dengan nama Malabro.

 

 

Jalan ini membujur sepanjang pantai. Nama itu diberi pada zaman kekuasaan sementara Kerajaan Inggris pada tahun 1818, ketika Sir Stamford Raffles sebagai Gubernur Jenderal Inggris untuk Timur-Jauh sempat bermarkas disana, sebelum akhirnya memilih Singapura sebagai pangkalan, ketika terjadi timbang terima daerah-daerah jajahan antara Belanda di satu pihak dan Inggris di lain pihak  (1819).  

 

 

Beberapa tahun sesudahnya, tepatnya tahun 1923, Bengkulu sebagai ibukota keresidenan adalah tempat kedudukan penguasa Belanda yang berpangkat residen sebagai wakil dari Gubernur Belanda untuk Sumatera  yang semula berkedudukan di Padang dan kemudian di Medan.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: https://radarbengkulu.disway.id /inilah kisahnya fatmawati dan bung karno di bengkulu (4)