Momen Berbenah Diri Pasca Ramadan
Ahmad Sidik-Adam-radarbengkulu
Jamaah Salat Jumat Rahimakumullah
Yang menjadi pertanyaan, mengapa Allah SWT memberikan anugerah yang luar biasa semacam itu ? Hal ini bisa dipahami setidaknya dalam dua sudut pandang.
Pertama, ini merupakan kemurahan dari Allah SWT untuk hamba-Nya. Sebagaimana Allah SWT mengistimewakan hari Jumat di tengah hari-hari lain dalam satu minggu. Allah SWT pun mengistimewakan Ramadan di tengah bulan-bulan lain dalam satu tahun. Momen tersebut menjadi kesempatan terbaik bagi setiap hamba meningkatkan.
Kedua, Ramadan juga bisa dibaca sebagai sindiran kepada mereka yang umumnya terlalu tenggelam dengan kesibukan duniawi. Jam-jamnya, hari-harinya, dan bulan-bulannya, dipenuhi dengan aktivitas untuk kepentingan dirinya sendiri—atau paling jauh untuk keluarga sendiri. Sementara kegiatan yang benar-benar diniatkan untuk ibadah mendekatkan diri kepada Allah SWT nyaris terlupakan.
Itulah mengapa pada malam Lailatul Qadar kita justru dianjurkan banyak meminta ampun dengan membaca:
"Ya Allah Engkaulah Maha Pengampun, senang kepada ampunan, maka ampunilah aku.”
Anjuran memohon ampunan adalah sinyal bahwa umat manusia memiliki kecenderungan berbuat lalai dan dosa. Ini adalah pesan tentang pentingnya muhasabah atau introspeksi diri seberapa besar kesalahan kita selama ini. Sudahkah seluruh harta yang kita makan didapatkan dengan cara yang halal ? Sudahkah kita bebas dari tindakan menyakiti orang lain ? Seberapa ikhlas kita meninfakkan sebagian kekayaan kita untuk di luar kepentingan kita ? Seberapa semangat kita beribadah dibanding semangat kita melakukan aktivitas dunia ? Dan seterusnya.
Pembicaraan ampunan juga muncul dalam janji dalam sebuah hadits bahwa siapa yang berpuasa Ramadan karena keimanan dan mengharap pahala dari Allah akan mendapat ampunan atas dosa-dosanya yang telah lewat (man shâma ramadhâna îmânan wa-htisâbah ghufira lahu mâ taqaddama min dzanbihi). Ini juga menyiratkan pesan tentang betapa manusia telah melewati hari-hari mereka dengan penuh kedurhakaan. Melalui Ramadan dan Lailatul Qadar, dosa-dosa yang pernah kita lakukan diharapkan terhapuskan.
Memahami Ramadan sebagai momen koreksi diri merupakan hal yang penting agar kita menghargai waktu dengan cara mengisinya secara positif dan memiliki kaitan dengan pendekatan diri kepada Allah subhânahu wata‘âlâ. Tidak meremehkan bulan-bulan di luar Ramadan.
Imam Al-Ghazali mengatakan, ketika seseorang disibukkan dengan hal-hal yang tidak bermanfaat dalam kehidupannya di dunia, maka sesungguhnya ia sedang menghampiri suatu kerugian yang besar. Sebagaimana yang ia nyatakan—dengan mengutip hadits—dalam kitab Ayyuhal Walad yang artinya:
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Sumber: radarbengkulu