WALHI Perihatin Bencana Banjir kerap Melanda Provinsi Bengkulu, Ini Penyebabnya

WALHI Perihatin Bencana Banjir kerap Melanda Provinsi Bengkulu, Ini Penyebabnya

WALHI sebut DAS Bermasalah Menjadi Pemicu Bencana Banjir di Provinsi Bengkulu-Ist-

RADAR BENGKULU - Direktur Eksekutif Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Bengkulu, Abdullah Ibrahim Ritonga, menyampaikan keprihatinannya atas serangkaian bencana banjir yang kerap menghantam wilayah Provinsi Bengkulu.

"Kita turut berduka atas kejadian bencana banjir, yang menimpa saudara kita di Kabupaten Lebong dan saat ini juga sedang terjadi di Kabupaten Seluma," ungkap Abdullah Ibrahim Ritonga, atau Baim, seperti yang ia akrab disapa.

BACA JUGA:2 Peserta Lelang JPTP Provinsi Bengkulu Gagal Ikut Ujikom, Langsung Gugur? 34 Ikut Ujikom

BACA JUGA:Sosok Meriani Bos Agung Toyota Bengkulu jadi Viral Jelang Pemilihan Gubernur Bengkulu Tahun 2024

Menurut Baim, beberapa faktor menjadi penyebab bencana banjir di sejumlah wilayah di Provinsi Bengkulu, di antaranya adalah kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS) yang tidak baik-baik saja.

"Pertama, pemanfaatan ruang dalam penyusunan Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) tidak sesuai dengan fungsinya," ungkap Baim.

BACA JUGA:100.000 Guru Indonesia Berhasil Sukseskan Gerakan Merdeka Belajar

BACA JUGA:Daftar Harga Mobil Van Bekas Setelah Lebaran, Honda Jazz Mulai Rp 53 jutaan, Yaris Berapa Ya

Menurutnya, kawasan lindung di Provinsi Bengkulu malah dimanfaatkan sebagai kawasan budidaya, yang berdampak pada fungsi ekologis yang terganggu.

"Ironisnya, alih fungsi kawasan lindung dilakukan pada bagian hulu DAS, yang akhirnya membuat beberapa DAS di Bengkulu mengalami gangguan," tambah Baim.

BACA JUGA:Ini Penyebab Mobil Bau Bensin, Jangan Diabaikan Karena Bisa Sebabkan Kebakaran

BACA JUGA:Baru Tahu, Ini Cara Agar AC Mobil Tetap Sejuk Meski Menempuh Perjalanan Jauh

Kemudian, Baim juga menyoroti kondisi kawasan hutan yang semakin kritis, terutama dengan usulan pemda untuk mengubah hutan hujan tropis menjadi areal pertambangan emas.

"Tentu ini mempercepat kerusakan fungsi ekologis, dengan dalih praktik ekonomi kreatif, padahal ini nyata-nyata merupakan praktik eksploitasi," sesal Baim.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: