Ini Dia Data dan Fakta Unik Nama-Nama Kelurahan di Kota Bengkulu (35)

Ini Dia Data dan Fakta Unik Nama-Nama Kelurahan di Kota Bengkulu (35)

Inilah lokasi daerah Bajak, Kota Bengkulu-Azmaliar Zaros-

35. Kelurahan Bajak

 

RADARBENGKULU.DISWAY.ID -  Kota Bengkulu adalah salah satu kolonial Inggris yang telah membuat Benteng Fort Marlborough. Kota   ini memiliki Muara Dua dan  Bumi Ayu. Tak hanya itu, daerah ini juga memiliki Panorama indah. Terutama bila kita melihat di Tanjung Ajung, Tanjung Jaya. Di daerah ini kita dapat melihat Semarang, Surabaya, Kampung Bali, Malabro, Sidomulyo, Padang Serai, Padang Jati, Betungan dengan leluasa.

Yang cukup menarik dilihat disini adalah Dusun Besar dengan Sawah Lebar  dan Sawah Lebar Baru yang sedang di Bajak petani. Sekarang daerah ini dipelihara dengan baik dan di Kandang dengan Kandang Limun, serta diberi Pagar Dewa. Kalau tidak demikian, Rawa Makmur, Rawa Makmur Permai, Pematang Gubernur bisa rusak Jitra yang bersejarah itu. Karena, di sana ada Jalan Gedang, Pondok Besi,  Pintu Batu, Tanah Patah yang memiliki Sumur Meleleh terus menerus.

Di Pondok Besi ini ada Padang Harapan yang di Tengah Padang-nya selalu Sukarami. Di sana penuh dengan Kebun  Roos, Kebun Keling, Kebun Geran, Kebun Dahri, Kebun Kenanga yang ramai dikunjungi wanita. Kebetulan, daerah ini berdekatan dengan Pasar Bengkulu, Pasar Baru, Pasar Melintang, Pintu Batu, Pekan Sabtu yang Sukamerindu-kan PengantunganPenurunan yang sekarang masih ada Berkas-nya.  

Rangkaian kalimat yang mengiringi kata bergaris  tebal atau hitam itu   merupakan pengantar dari sebagian nama dari 67 kelurahan di Kota Bengkulu yang unik. Kenapa nama kelurahan itu unik, wartawan RADARBENGKULU.DISWAY.ID, Azmaliar Zaros menurunkan laporannya secara bersambung setiap hari. Selamat membaca laporan SPEKTAKULER yang hanya satu-satunya ada di Indonesia dan mungkin juga di dunia.

Redaksi juga menerima masukan, kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan laporan ini. Pembaca juga bisa berpartisipasi menyumbang tulisan soal nama-nama unik tentang nama daerah, objek wisata dan lain-lain. Kritik, saran, tulisan dikirim ke email : [email protected]. Atau telepon/WA ke HP 0812 7930 6998. (*)

 

Bajak, Inilah Sejarahnya Tempo Dahulu   

 

BAJAK ini juga termasuk salah satu nama kelurahan unik di Kota Bengkulu. Kelurahan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Teluk Segara. Kenapa daerah ini sampai dinamakan Bajak? Apakah karena ada orang membajak? Atau mungkin juga karena ada bajak, alat pertanian yang digunakan untuk pertanian? Daripada banyak muncul pertanyaan, silahkan baca saja tulisan Wartawan RADARBENGKULU.DISWAY.ID berikut ini.

 

AZMALIAR ZAROS, Kota Bengkulu

 

Tokoh masyarakat Kelurahan Bajak, H.Arifin Azis (71) mengaku tidak tahu persis asal usul nama daerah ini. Sebab, nama itu sudah lama sekali.’’Saya sendiri lahir di Bengkulu 9 Oktober 1938. Waktu saya kecil daerah ini sudah dinamakan Bajak,’’jelas bapak yang tinggal di Jln. Sentot Ali Basyah, Kelurahan Bajak, Kota Bengkulu.

Untuk mengetahui nama itu juga, katanya, sudah susah. Sebab, orangtua-orangtua dahulu sudah tidak ada lagi. Seperti Raden Idrus, sudah meninggal sekitar tahun 1990-an. Cucunya masih ada, yaitu Inu Kertasari yang juga ketua adat Bajak.

Apakah dia tahu sejarahnya, dia tidak tahu juga. Karena, Inu Kertasari yang mantan Lurah Bajak itu masih muda. Kalau pun masih ada tokoh masyarakat Bajak yang hidup, itu kondisinya sudah tua sekali dan sulit untuk mendapatkan informasi yang akurat. Yaitu, Muhammad Taufik.

Muhammad Taufik yang dihubungi  dikediamannya kemarin mengaku sudah tidak ingat lagi ceritanya. Karena waktu dia lahir di Bajak tahun 1920 lalu daerah ini sudah dinamakan Bajak. Bapak yang memiliki banyak tanah dan kini sudah dibagikan kepada 7 orang anak-anaknya itu mengatakan daerah Bajak ini dahulu sepi sekali. Daerahnya juga masuk rawa-rawa. Namun kini daerah ini sudah maju dan berkembang seiring dengan kemajuan zaman.

Ketika ditanya apakah asal usul nama daerah ini ada hubungannya dengan orang membajak di laut dan terdampar di daerah ini dahulu, dia mengaku tidak tidak ingat lagi. Demikian juga soal erat kaitannya dengan alat pertanian bajak, dia juga tidak tahu persis. Karena, waktu kecil dahulu dia tidak ada melihat bajak tersebut.

’’Saya dahulu ada memelihara sapi untuk dijual dan digunakan untuk menarik gerobak untuk membawa atap rumbia yang saya buat untuk diantarkan kerumah warga, tapi tidak ada juga warga di daerah saya itu yang meminjam sapi saya untuk menarik bajak tersebut,’’jelasnya.

Lebih lanjut bapak yang bisa bahasa Jepang dan Belanda ini mengatakan, daerah Bajak ini dahulu memang termasuk daerah rawa, tetapi rawa itu tidak ada digunakan untuk bersawah.

Sesepuh wanita Bajak yang kini tinggal di Jln.Iskandar No.67 Kelurahan Tengah Padang, Nuraini yang ditemui  secara terpisah mengatakan, menurut cerita orangtuanya dahulu, Jaerah daerah ini dinamakan Bajak karena dahulu ada kapal pembajak yang terdampar di Pantai Jakat.

Kemudian, para pembajak itu menetap di daerah Bajak ini. Karena adanya kapal pembajak itu, banyak orang yang melihatnya. Sehingga warga waktu itu menyebut daerah ini dengan nama Bajak. Nama itu menyebar dari mulut ke mulut. Sehingga nama daerah ini akhirnya populer dengan sebutan Bajak.

Kapan kapal itu terdampar, dia sendiri tidak tahu. Karena kata orangtuanya dahulu, kapal terdampar itu sudah lama sekali. Bagaimana cerita yang sebenarnya, dia sendiri tidak bertanya sampai mendetil. Karena, dia kurang pula memperhatikan sejarah tersebut.’’Saya lahir di Bajak itu tahun 1930. Saya tidak pula memperhatikan cerita orangtua saya dahulu, sehingga saya tidak bisa memberikan informasi yang sebenarnya,’’jelas orangtua Camat Teluk Segara, Ali Armada ini.

Ketika ditanya apakah dahulu ada hubungan dengan alat pertanian berupa bajak itu dia sendiri tidak tahu. Karena dia sendiri dahulu tidak ada melihat bajak digunakan untuk mengolah sawah atau mendatarkan tanah pertanian.

Menurut Ketua Adat Kelurahan Bajak, Inu Kertasari,asal usul nama kelurahan itu dia tidak tahu secara pasti. Karena, nama itu sudah lama sekali, dan dia tidak merasakan kehidupan zaman dahulu. Sedangkan buku-buku sejarah atau tembo-tembo juga tidak ada.

Namun menurut cerita yang dia dapatkan dari datuknya tempo dulu, Raden Idrus, daerah ini dinamakan Bajak karena zaman dahulu di daerah ini ada bajak, alat pertanian untuk mendatarkan tanah dan meratakan tanah di sawah. Bajak itu sendiri dibawa oleh Raden Tumenggung Ceku dari Jawa. Jumlah bajak yang mereka bawa itu kabarnya ada 12 buah.

Bajak itu dahulu digunakan untuk meningkatkan hasil pertaniannya dan juga untuk meningkatkan hasil padi di sawah. ‘’Dimana bajak itu digunakan dahulu, siapa Raden Tumenggung Ceku itu saya kurang tahu juga,’’jelasnya.

Masih menurut cerita kakeknya, daerah yang menggunakan bajak pada zaman dahulu itu adalah daerah bajak itulah. Sehingga waktu itu daerah bajak yang waktu itu belum punya nama disebut orang nama daerah Bajak.

Nama itu, lanjutnya, menyebar dari mulut kemulut, Sehingga akhirnya nama daerah ini terkenal dengan nama Bajak.’’Waktu saya lahir tahun 1960, nama daerah ini sudah dinamakan Bajak,’’paparnya.

Selain itu, ada yang menyebut Bajak ini dengan Bajak Kampung Teleng. Ceritanya, Teleng ini adalah nama orang yang suka ngajak-ngajak orang.’’Mana yang benar, saya kurang tahu juga,’’jelasnya.

Kelurahan Bajak ini luas 34,6 hektare. Mereka ini tersebar di 9 Rukun Tetangga (RT) dan 3 Rukun Warga (RW).

Letaknnya, sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Pengantungan. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Tengah Padang, Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Kampung Bali.


Inilah lokasi Kantor Lurah Bajak, Kecamatan Teluk Segara, Kota Bengkulu -Azmaliar Zaros-

Daerah yang termasuk kawasan wisata Pantai Jakat ini penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai pedagang, buruh, PNS, nelayan, TNI/Polri.

Sedangkan mengenai penduduknya juga terdiri dari berbagai suku bangsa. Seperti penduduk Bengkulu, Jawa, Minang, Sulawesi, Medan.

Fasilitas yang ada di daerah ini antara lain, SMAN 6, SDN 7, TK, PAUD, Pusat Kesehatan Pariwisata, Puskesmas Pembantu, mesjid, musala, Hotel Vista, PO SAN Travel, PO , toko buku Magek Persada, SMPIT Iqra, Makam Sentot Ali Basyah, makam tua Kali, makam orang pembawa agama Islam ke Bengkulu, Syech Muhammad Zen Al-Madani.(*)  

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Sumber: