RBO, BENGKULU – Sebagai aktivis lingkungan dan tokoh pendampingan sosial masyarakat di Provinsi Bengkulu, Dickson Aritonang cukup dikenal (populer) khususnya dari kalangan aktivis dan kalangan pergerakan.
Dengan modal Popularitas yang dimiliki tidak serta merta menjadikan alasannya untuk siap menjadi pejuang aspirasi rakyat Bengkulu. Namun ada sejumlah alasan mendasar sehingga dia rela untuk mengabdikan dirinya menjadi alat perjuangan rakyat dan maju ke Senayan sebagai pusat kekuasaan. Setidaknya ada tiga alasan mendasar yang membuat Dickson Aritonang siap menjadi alat perjuangan rakyat Bengkulu. Alasan pertama adalah sejak Zaman reformasi yang ditandai dengan tumbangnya rezim Soeharto 1998, seolah tumbuh semangat dan harapan baru bagi Indonesia untuk memberantas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN). Namun dalan perjalanannya semangat itu seakan belum maksimal dilaksanakan dan bahkan ada sebagian pandangan yang mengatakan sejak zaman reformasi ini KKN tambah jadi, reformasi sudah salah arah. “Saya ingin kembali meluruskan semangat reformasi yang diperjuangkan bersama teman-teman aktivis 1998 lalu, dimana Indonesia benar-benar bisa bebas dari KKN,” ujar pria kelahiran Bagan Siapi-api 25 Januari 1969. Sedangkan alasan yang kedua adalah munculnya tawaran dari partai yang memang mengusung semangat anti korupsi, kolusi dan nepotisme yang digawangi oleh kalangan muda, yakni dari Partai Solidaritas Indonesia. “Ini energi yang baik untuk mencapai perubahan, sebab pemuda dan pemudi memiliki semangat yang pantang menyerah dan relatif memiliki pandangan yang lebih terbuka,” sampai dia. Sebab sebagai Partai yang memiliki semangat dan jiwa pembaharu memang harus dari awal sudah berkomitmen untuk tidak melakukan korupsi, kolusi dan Nepotisme dalam menjalankan roda organisasi. “Kalau di awali dengan semangat dan komitmen yang sama, maka keluarnya juga akan menjadi komitmen bersama, sebagai mana PSI menjadi satu-satunya partai yang para calegnya tidak ada yang pernah tersangkut korupsi,” kata Pria yang lebih suka dipanggil Bang Dickson ini. Alasan mendasar yang ketiga adalah Prihatin melihat kondisi Provinsi Bengkulu akhir-akhir ini, seperti terpinggirkan dalam konteks program-program nasional. “Apalagi soal pembangunan-pembangunan, Bengkulu selalu kurang mendapatkan perhatian lebih, padahal kalau dilihat dari sisi potensi sumber Daya Manusia (SDM) dan Sumber Daya Alam (SDA) yang dimiliki, Bengkulu justru lebih dari provinsi lainnya,” kata Ketua DPC GMNI Bengkulu, 1995-1997 ini. Oleh karenanya dengan kemampuan, pengalaman serta semangat yang dimiliki Dickson Aritonang siap menjadi pendobrak agar Bengkulu diperhatikan oleh pemerintah pusat. “Bengkulu memiliki semuanya, tinggal lagi cara untuk mendobrak program nasional agar maksimal untuk membangun Bengkulu, ini yang tidak dimiliki oleh semua orang, ada individu-individu tertentu yang memilikinya,” Singkat Dewan Pakar Asosiasi Desa Wisata (ASIDEWI) Bengkulu, 2017 ini. (hcr)Tiga Alasan Mendasar Dickson Aritonang Maju Kesenayan
Senin 10-09-2018,11:58 WIB
Reporter : radar
Editor : radar
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Jumat 20-09-2024,00:04 WIB
Menjaga Diri dan Keluarga Dari Neraka
Kamis 19-09-2024,16:26 WIB
8 Tren Wisata Terbaru untuk Tahun 2024: Menyambut Era Baru Perjalanan
Kamis 19-09-2024,17:09 WIB
Peningkatan Kualitas Keluarga dan Kesetaraan Gender di Provinsi Bengkulu
Jumat 20-09-2024,06:31 WIB
Rapat Paripurna Tetapkan 7 Fraksi DPRD Bengkulu Utara Periode 2025-2029
Kamis 19-09-2024,18:01 WIB
8 Tips Perjalanan Terbaik untuk 2024, Untuk Merencanakan Perjalanan Yang Lebih Baik
Terkini
Jumat 20-09-2024,13:12 WIB
Sarasehan Perekonomian Bengkulu: Optimisme Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Bengkulu Tahun 2024
Jumat 20-09-2024,13:04 WIB
6 Tren Terbaru di Media Sosial untuk Tahun 2024, Ada Reels dan Tiktok, Apa yang Harus Dipelajari?
Jumat 20-09-2024,12:55 WIB
6 Cara Mendorong Masyarakat Mengurangi Konsumsi Plastik dan Beralih ke Alternatif Ramah Lingkungan
Jumat 20-09-2024,12:17 WIB
3.515 Peserta Seleksi CPNS Pemprov Bengkulu Lolos Adminitrasi, Siapkan Diri Tes CAT
Jumat 20-09-2024,10:31 WIB