BI Bengkulu Membutuhkan Peran Ulama, Untuk Kendalikan Inflasi

Minggu 19-05-2019,20:15 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

RBO, BENGKULU - Kantor perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bengkulu bersinergi dengan Majelis Ulama Indonesia Provinsi Bengkulu. Sinergitas BI bersama alim ulama adalah untuk mengendalikan konsumsi rumah tangga saat Ramadan dan Idul Fitri.

"Ya betul kami BI, TPID (Tim Pengendali Inflasi Daerah) sangat membutuhkan peranan para ulama menyikapi kenaikan harga (inflasi) saat Ramadan dan Idul Fitri. Persoalan inflasi ini adalah persoalan dan tanggung jawab kita bersama. Harapan kami tinggi sekali kepada ulama untuk memberikan imbauan kepada masyarakat untuk mengendalikan konsumsi. Kami membutuhkan nasihat mereka kepada khalayak luas, penjelasan yang sama dari kami bahwa mengendalikan konsumsi saat Ramadan ini harus sesuai kebutuhan. Kemudian dari sisi agamapun tidak diajarkan untuk berlebih lebihan, apalagi boros," kata Kepala Perwakilan BI Bengkulu Endang KS melalui Deputi Kepala Perwakilan Rif'at Pasha saat buka bersama TPID dan MUI (17/5).

Kemudian lagi, lanjut Rif'at, BI dan TPID sangat butuh para ulama dalam penyaluran zakat. Karena di bulan Ramadan ini semua orang akan bayar zakat. Untuk itu penyalurannya pun harus tepat. Rifat juga mengatakan, terkait inflasi semua ambil peran dan tugas. Para ulama tadi ya mengimbau kepada kaum muslim untuk bijak dalam mengkonsumsi. Lalu aparat penegak hukum juga ada perannya dalam menindak tegas penimbunan stok, sidak gudang, mengatasi ancaman dan gangguan dan segala hal terkait pelanggaran hukum yang dapat picu inflasi, kelangkan barang kebutuhan pokok dsb. Lalu peranan pemerintah sangat vital disini, karena mereka bertugas menyiapkan insfrastrukturnya, manajemen stok, pola tanam, pasca panen dan kelancaran distribusi. Sementara itu, Ketua MUI Provinsi Bengkulu, Prof Rohimin MA mengimbau kepada masyarakat untuk tidak mengkonsumsi diluar batas kemampuan. Jangan memaksakan. Dalam ajaran Islam tidak dibenarkan menjalankan hidup boros. Harus bijak berdasarkan kebutuhan. Bukan selera.

"Sebenarnya para alim ulama ini dengan bahasa mereka sudah menyampaikan nasihat agar tak terjadi inflasi pada mimbar ceramah yang mereka sampaikan. Kalau dalam ekonomi bahasanya inflasi, bahasa yang digunakan ulama dalam penyampaiannya adalah cara hidup sederhana, tidak boros dan berlebih lebihan," terangnya.

Menyikapi kenaikan harga, Sekda Provinsi Bengkulu Nopian Andusti,ST,MH mengatakan mencoba menguragi beban masyarakat dalam menghadapi kenaikan harga. "Cek stok digudang, gelar pasar murah kebutuhan pokok kami lakukan," tutupnya. (ae2)

Tags :
Kategori :

Terkait