RBO, BENGKULU - Pemda Provinsi Bengkulu kemarin Jumat (31/1) melakukan jumpa pers terhadap dugaan kematian 28 ekor penyu. Di depan awak media kemarin disampaikan oleh Asisten II Pemda Provinsi Bengkulu Hj Yuliswani MM bersama Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pemda Provinsi Bengkulu, Sorjum Ahyan berserta Kepala BKSDA Donal Hutasoit.
Penemuan ini sempat menghebohkan masyarakat Bengkulu, pasalnya terhitung pada bulan April tahun 2019 lalu di kawasan Teluk Sepang Kota Bengkulu kerap ditemukan penyu mati dengan dugaan karena limbah bahang pembangunan PLTU Teluk Sepang. Setelah itu pihak Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Bengkulu melakukan investigasi yang dilaporkan masyarakat tersebut, selain itu menugaskan personel Resort Pantai Panjang Pulau Baai pada seksi Konservasi Wilayah II BKSDA untuk melakukan pemeriksaan tempat kejadian kematian penyu. Dalam pemeriksaan bangkai penyu tersebut yang ditemukan semuanya sudah membusuk, diperkirakan kematian penyu telah lebih dari 48 jam sebelum ditemukan. Kondisi fisik bangkai penyu yang ditemukan sampah plastik diterhen, tali, filter rokok dan kayu pada saluran percenaan serta sebagian besar kondisinya sudah busuk dengan organ tubuh sudah hancur. "Kita sudah melakukan pemeriksaan nekropsi (bedah bangkai.red) dan dari organ penyu. Kami kirimkan sampel itu ke Balai Besar Penelitian Veternier, Kementerian Pertanian dan Laboraturium PSSP ITB pada 5 Desember tahun 2019 yang lalu. Untuk pemeriksaan histopatologi dan toxicologi," ujar Donal. Maka dalam penelitian tersebut menunggu hasil selama sebulan, maka hasil uji sampling mengeluarkan putusan seperti yang dikeluarkan melalui surat Kepala Balai Besar Penelitian Veteriner Bogor dengan nomor surat B/16/PK/310/H.5.1/01/19/538 pada tanggal 20 Januari kemarin. Menurut Kepala BMKG Provinsi Bengkulu Kukuh Budianto, kematian penyu ini juga bisa dikarenakan perubahan iklim yang saat ini terjadi. Bahkan beberapa waktu lalu perairan Bengkulu kerap ditemukan buih yang berarti adanya plankton yang cukup banyak. "Memang ada terjadi perubahan iklim juga di perairan Laut, termasuk diluar daerah karena juga ada arus yang berubah. Beradasarkan dari barat Daya menuju ke Pulauan Sumatera. Hampir sepanjang musim kemarau saat ini, selalu menuju ke dataran itu yang terjadi arus laut. Intinya kejadian buih laut ini sebagai tanda banyak plankton yang muncul, kalau begitu hangat ada pemasokan banyak. Ini ada dipertengahan desember, salah satu dampak dari lingkungan," tambahnya. Sementara itu Kepala Dinas DLHK Provinsi Bengkulu, Sorjum Ahyan mengatakan pihaknya sudah mengambil sample di beberapa titik untuk membuktikan laporan ini. Baik dari perairan Sungai Hitam hingga menuju perairan Pulau Baai. Hal ini memenuhi baku mutu berdasarkan ketentuan Permen LH Nomor 51 Tahun 2004. Menurut Asisten II Pemda Provinsi Bengkulu, Hj Yuliswani dengan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kematian penyu bukan dikarenakan dampak limbah pembangunan PLTU Teluk Sepang. Dirinya pun berharap masyarakat tidak menganggap kematian penyu sebagai kegagalan pembangunan investor di Bengkulu. "Kita juga mengajak terhadap pihak Universitas setempat untuk melakukan penelitian ini, ada sample air sebanyak 10 titik. Termasuk Dinas Kelautan Dan Perikanan terhadap kematian penyu ini untuk mengetahui hasilnya ini, bahkan dari sample penyu kita minta BKSDA untuk meneliti dan mengantar lab ke Bogor," sampainya. (bro)Ternyata Ini Penyebab Penyu Mati di Bengkulu
Jumat 31-01-2020,21:20 WIB
Editor : radar
Kategori :