RBO, BENTENG - Harga getah karet yang masih merosot di pasaran, ternyata selain membuat warga Kabupaten Bengkulu Tengah (Benteng) khususnya petani karet mengeluh juga membuat petani beralih profesi.
Para petani karet ada yang beralih profesi menjadi tukang ojek, pekerja bangunan, penggali sumur hingga ke pekerjaan lainnya. Hal itu dilakukan para petani untuk memenuhi kebutuhan keluarga akibat penghasilan dari menjual karet manjadi merosot drastis. Tidak hanya itu, akibat terus merosotnya harga karet membuat para petani tidak bisa membeli pupuk, kondisi itu membuat para petani enggan mengurus kebun atau membiarkan terbengkalai. Adapun harga karet yang mengalami penurunan, yakni dari harga Rp 8000/kilogram turun menjadi Rp 6.000-7.500/kilogram. "Harga karet terus mengalami penurunan, akibatnya penghasilan kami sebagai petani ini juga mengalami penurunan," ujar Mawi (45) salahseorang petani warga Desa Taba Lagan. Menurut Mawi, jika pihaknya terus bertahan dengan mengandalkan hasil karet, bisa dipastikan keluarga tidak bisa makan dan sekolah anak-anak menjadi terganggu. Dengan alasan tersebut, Mawi mengatakan pihaknya banting setir dengan bekerja serabutan dibengkel servis motor, sebagian rekannya yang lain ada juga yang berprofesi sebagai buruh upah bangunan. "Jika saya tetap mengandalkan hasil karet pasti anak dan istri saya tidak makan, karena dari jual karet tidak mencukupi untuk kebutuhan apalagi anak saya semuanya sekolah," bebernya . Disinggung apa penyebab harga getah karet mengalami penurunan, Mawi tidak bisa menjelaskan pasti, hanya saja biasanya penurunan harga disebabkan permintaan pabrik pengolahan karet yang menurun. "Penyebab pastinya saya tidak tahu, tapi biasanya karena permintaan dari pabrik sedikit. Kami berharap harga kembali naik," harapnya. (ags)Harga Belum Normal, Petani Banting Setir
Senin 27-04-2020,20:11 WIB
Editor : radar
Kategori :