Tingkat Kepercayaan Vaksin Minim

Kamis 14-01-2021,21:04 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

RBO >>> BENGKULU >>>  Masyarakat belum bisa percaya 100 persen adanya vaksin Covid-19. Ini dilihat dari tingkat kepercayaan masyarakat. Ini berdasarkan informasi dari televisi, Nakes, pakar/ilmuwan, internet dan lain-lain.

"Ya, kalau dilihat dari Petunjuk Teknis (Juknis) vaksinasi Covid-19 yang diterbitkan oleh Kemenkes RI, hasil tim survei di seluruh Indonesia, tingkat kepercayaan masyarakat terhadap vaksin di bawah 50 persen. Baik itu, dari pemberitaan media massa, petugas kesehatan dan lain-lain," ujar Kabid Pelayanan dan Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Bengkulu, Drg. Edriwan Mansyur, MM kepada radarbengkuluonline.com, Kamis (14/1).

Dipaparkannya, dari preferensi sumber dan saluran informasi masyarakat yang diterima terkait adanya vaksin itu, lanjutnya, terdapat 3 kategori cakupan luasnya dari hasil survei tersebut. Pertama, televisi di akses 75 persen - tingkat kepercayaan masyarat 52 persen. Kedua, Tenaga Kesehatan (Nakes), pakar/ilmuwan akses <30 persen - tingkat kepercayaan 53-70 persen. Ketiga, internet, sosial media akses 79 persen tingkat kepercayaan 35 persen. "Untuk data lebih detailnya terkait sumber informasi Covid-19, televisi 52 persen, Nakes 53 persen, sumber informasi daring (online) 35 persen, aplikasi pengiriman pesan daring 31 persen, koran 38 persen, radio 38 persen, ilmuwan/pakar 66 persen, WHO 66 persen, petugas kesehatan lokal 53 persen, pemerintah di sektor kesehatan 49 persen," paparnya.

Maka dari itu, berdasarkan hasil survei tersebut dapat disimpulkan, dari Juknis yang diterbitkan, ada beberapa pandangan masyarakat terhadap vaksin Covid-19 yang perlu mendapat perhatian, dan juga dirasakan langsung oleh masyarakat Provinsi Bengkulu. Pertama, persepsi risiko dan fear terhadap keamanan, keselamatan, dan keampuhan vaksin. Kedua, tingkat pengetahuan tentang vaksin. Ketiga, kelelahan menghadapi pandemi berkepanjangan. Keempat, penurunan kepatuhan terhadap tiga perilaku kunci pencegahan Covid-19. Kelima, tingkat kepercayaan, sikap dan kepedulian terhadap vaksin (anti vaksin). Keenam, sebaran rumor dan hoaks. Ketujuh, aspek sosial (agama) dan budaya yang mempengaruhi adopsi vaksin.

"Selain itu, ada sebagian kelompok masyarakat yang berisiko tinggi terpapar Covid-19 (perceived threats), dan memiliki jaminan kesehatan (baik BPJS atapun swasta), cenderung lebih menerima vaksin. Hal ini, perlu diiringi diseminasi pesan Covid-19 tentang cara penularan, kelompok berisiko tinggi, pentingnya tetap melakukan perilaku kunci (termasuk ketika sudah ada vaksin), keamanan dan efektivitas vaksin, serta counter hoax yang beredar," tutupnya. (ach)

Tags :
Kategori :

Terkait