Rumah Gajah Terakhir, Tolong Selamatkan Bentang Seblat

Senin 25-10-2021,19:19 WIB
Reporter : radar
Editor : radar

radarbengkuluonline.com - BENGKULU - Koalisi Selamatkan Bentang Alam Seblat yang beranggotakan 64 lembaga, Senin siang  (25/10) melakukan aksi dengan tujuan meminta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) untuk tidak menggubris permintaan PT Inmas Abadi untuk menyusun dokumen Amdal.

Aksi  koalisi gabungan dari berbagai elemen seperti mahasiswa, OKP , NGO serta perwakilan warga ini juga menuntut kepada Gubernur atau Menteri untuk mencabut izin usaha pertambangan (IUP) operasi produksi perusahaan yang menjadi asal muasal kekacauan Bentang Seblat. Aksi ini, sebagai bentuk penolakan yang sudah sejak lama disuarakan sejak adanya izin pada tahun 2017.

Presiden Mahasiswa Universitas Bengkulu, Tere Ade Rempas menilai, terkait tambang batu bara perusahaan yang diduga mengakibatkan dampak buruk yang berkelanjutan, dan memunculkan masalah baru untuk lingkungan di kawasan Bentang Alam Seblat, khususnya masyarakat terdampak.

Dia mencontohkan permasalahan seperti di Teluk Sepang, dan beberapa perusahaan lain yang akhirnya hanya menanamkan bibit permasalahan baru di Bengkulu. "Hingga saat ini belum mampu dituntaskan oleh pemerintah pusat dan daerah," kata Tere Ade dalam orasinya di Simpang Lima Tugu Patung Fatmawati tadi siang.

Sementara itu, Koordinator Pusat Koordinasi Daerah Mahasiswa Pecinta Alam se Provinsi Bengkulu, Respi Candra Pratama menyatakan bahwa kawasan Bentang Alam Seblat adalah rumah terakhir gajah tersisa.

"Selamatkan Bentang Alam Seblat. Jangan sampai gajah hanya dianggap mitos oleh generasi selanjutnya," tegasnya.

Disisi lain, Manager Kampanye Energi Kanopi Hijau Indonesia, Olan Sahayu mengatakan, runtuhnya daya dukung dan daya tampung Bentang Seblat akan merugikan banyak pihak. Petani merugi, karena ancaman banjir bandang di wilayah persawahan, dan kebun mereka. Pelaku wisata merugi karena tidak ada lagi daya tarik yang bisa dinikmati oleh wisatawan lokal maupun internasional. Bahkan negara akan merugi. Karena, program konservasi yang sudah dilaksanakan akan sia-sia. Belum lagi biaya yang akan dikeluarkan negara jika banjir bandang menghantam.

"Permintaan kami hanya meminta kepada menteri, untuk tidak bermain-main dengan keselamatan Bentang Seblat. Terlalu banyak korban yang akan jatuh jika Bentang Seblat hancur. Satwa gajah, harimau, serta aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup warga akan sirna," pungkas Olan. (ach)

Tags :
Kategori :

Terkait