radarbengkuluonline.com, BENGKULU - Coba-coba, ada bagusnya juga. Buktinya, itu dirasakan Sumardi, M.Si (58), Ketua Komunitas Hidroponik Bengkulu. Malahan, ia jadi ketagihan. Apa itu? Baca saja liputanya di bawah ini. MASAYU ZAHWA RESI- Kota Bengkulu Sumardi ini termasuk orang yang suka dengan dunia pertanian. Ia juga ingin sukses seperti orang-orang lain. Ia optimis itu bisa tercapai, asal ada kemauan yang kuat dari diri sendiri. Awalnya, ia melakukan survei dan memulai peruntungannya dalam bidang pertanian. Ia mengembangkan sayuran hidroponik pada bulan Juli 2020 ditengah puncaknya covid-19. Karena menurutnya, mengembangkan sayuran hidroponik tidak sesusah tanaman kompesional. Ini bisa ditanam di lahan yang sempit dan tidak harus di tanah. Usaha ini dibuka di Karbela, Tanah Patah, Bengkulu dengan luas lahan kurang lebih 1.260 M. SILAHKAN DIBACA: Harga Cabe Naik Turun, Pedagang Bingung Jualan Awalnya taman bunga dan sudah terkenal hingga ke pusat. Namun ternyata Sumardi memiliki tujuan lain. Yaitu untuk mengenalkan sayuran hidroponik agar terkenal di Bengkulu. “Taman bunga itu untuk memancing saja. Tujuan utamanya bagaimana hidroponik ini dikenali orang dan mangkanya kita buat wisata taman bunga dulu,” kata Sumardi kepada radarbengkuluonline.com kemarin. Ia mengembangkan sayuran seperti pakcoy dan selada. Namun, lebih fokus kepada sayuran selada. Dari proses penyemaian hingga masuk ke masa panen dibutuhkan waktu sekitar 40-50 hari untuk sayuran selada. Kemudian, satu bulan untuk sayuran pakcoy. BACA DULU INI: Penjual Bibit Buah Raup Omset Segini Dalam proses itu, untuk mengalirkan air dan memberikan nutrisi kepada sayurannya, ia menggunakan sistem NFT agar air tetap mengalir dan tetap mendapatkan sirkulasi. Dalam hal ini tentu memiliki kendala, namun masih bisa diatasi. “Kendalanya jelas. Dari awal tentu mengenai kualitas apa yang cocok dan waktu untuk uji coba. Cocok atau tidak disini, bagaimana agar sayurannya tidak pahit, lamanya disitu. Namun akhirnya, walaupun kita di dataran rendah, kita bisa memiliki sayuran yang manis tentu dengan nutrisi yang tepat. Dan kalau untuk tanaman itu kalau misalkan mati lampu, kita harus cepat sediakan genset agar mesinnya itu tetap hidup dan air terus mengalir,”ujarnya. BACA JUGA: Minyak Goreng Belum Turun, Pedagang Kehilangan Keuntungan Ia Mulai intens menggelutinya pada mulai Mei 2021. “Mulai intens dan memasuki pasar itu pada Mei 2021. Itu dipasarkan hampir di seluruh Provinsi Bengkulu, kecuali Kabupaten Kepahiang, Curup dan Rejang Lebong.” Harga sayuran cukup bervariasi. Sayuran pakcoy berkisar Rp 25 ribu/kg dan sayuran selada berkisar Rp 30-35 ribu/kg. Ia mendapatkan hasil kotor 10 hingga 12 juta perbulan. Ia akan terus mengembangkan usaha ini. Pasalnya, prospeknya bagus. Kemudian, kebutuhan sayuran juga terus meningkat. (Mg-3)
Coba-Coba yang Luar Biasa
Jumat 14-01-2022,09:17 WIB
Editor : radar
Kategori :