Inilah Riwayat Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu (8)

Sabtu 17-12-2022,15:50 WIB
Reporter : Azmaliar Zaros
Editor : Yar Azza

 

PENGANTAR REDAKSI:

Kota Bengkulu merupakan ibukota Provinsi Bengkulu. Kota yang memiliki nama kelurahan yang unik-unik itu juga memiliki riwayat tempo dulu. Apa itu? Yaitu, Selingkar Tanah Bengkulu Tempo Dulu. Bagaimana riwayatnya, silakan baca laporan khusus wartawan  RADARBENGKULUONLINE.COM    itu secara bersambung  ini sampai tuntas. 

Walaupun tulisan ini belum lengkap, setidaknya bisa jadi bahan masukan untuk semua pihak. Kalau pun ada kekurangan, ini bisa diperbaiki oleh tokoh masyarakat Bengkulu untuk menuju ke arah kesempurnaan.   (*)

 

Diamanatkan Bertahta di Sungai Lemau 

 

AZMALIAR ZAROS - Kota Bengkulu

 

RADARBENGKULUONLINE.COM - Ketika semuanya sudah siap, maka baginda bermohon ke bawah duli Yang Dipertuan. Lalu, ia berangkat dengan diiringi oleh pesirah –pesirah itu.

Saat itu, yang dipertuan beramanat kepada Tuanku Baginda Maharaja Sakti. Diselamatkan Allah engkau sampai dirantau Bangkahulu. Nanti engkau tanya dihulu, sungai mana ditunggu Gunung Bungkuk itu, maka dikuala itulah tempat engkau duduk bertahta supaya engkau selamat dalam kerajaan.

Setelah  lama berjalan, sampailah rombongan kerajaan itu di Kuala air Sungai Lemau. Ditunjukkan oleh pesirah-pesirah itu, bahwa inilah air sungai yang hulunya ditunggu Gunung Bungkuk.

Maka disanalah orang disuruh baginda mencencang lati di pinggir air sebelah utara. Itulah dinamai oleh Baginda tempat terakhir baginda berjalan dari alam Minang Kabau.

Sebab itulah maka raja Bangkahulu bernama Sungai Lemau. Karena,  amanat yang dipertuan Tuanku Seri Maharaja Dirajaja tinggal di Sungai Lemau itu.

***

Pada hari yang telah ditentukan, Pasirah Empat menyuruh menghimpun segala rakyat. Isi marga, segala perwatin ditiap-tiap dusun disuruh memotong kerbau serta membuat perjamuan untuk pengangkatan jadinya kerajaan Bangkahulu tahun 865 hijriah .

Ketika telah terhimpun semuanya, maka diterangkanlah dimuka umum bahwa Tuanku Baginda Maharaja Sakti menjadi raja di kerajaan di dalam negeri Bangkahulu.

Maka diangkat pula lagi sebagaimana yang sudah dikerjakan oleh yang dipertuan takkala di Pagaruyung dahulu.

Maka negeri Bangkahulu diserahkan oleh pesirah yang empat itu kepada Tuangku Baginda Maharaja  Sakti  dengan segala isinya. Baik dan buruk, hitam dan putih di dalam tangan Tuanku Baginda Maharaja Sakti.

 

Setelah baginda  memegang kerajaan negeri Bangkahulu, maka ditentukannyalah bagian-bagian tanah bumi, hutan, pala dan batas pesirah empat itu masing-masing dan batas dengan Rejang Sawah.

Ketika itulah berdiri adat dengan lembaga. Adat yang dipakai lembago yang dituang air mengarus ilir, adat mengarus mudik.

Dibuatlah cupak dan gantang. Ukuran dan timbangan. Maka tetaplah negeri Bangkahulu berdiri dengan adatnya. Berdirilah keadilan dan makmur. Rakyat bertambah banyak. Beras murah. Padi menjadi-jadi.(bersambung) 

 

Kategori :