Kewajiban Kita Berpartisipasi Dalam Dakwah Islamiah di Bulan Ramadan

Jumat 07-04-2023,05:00 WIB
Reporter : Adam
Editor : Yar Azza

 

Oleh : Dr. Rahmat Ramdani, M. Sos. I 

(Dosen UIN Fatmawati Sukarno Bengkulu dan Ketua Yayasan Pontren Darussalam Kota Bengkulu)

 

Dari : Masjid Jami' Babussalam, Jalan P.Natadirja KM.8 Kelurahan Jalan Gedang Kecamatan Gading Cempaka

 

 

Jamaah Jumat yang berbahagia 

RADARBENGKULU.DISWAY.ID - Pada Jumat yang berbahagia ini, mari kita sama-sama memanjatkan puji dan syukur kepada Allah yang telah memberikan kekuatan kepada kita berupa kesehatan, untuk memenuhi panggilanNya. Yaitu menunaikan ibadah salat  Jumat.  

Shalawat dan salam kita berikan kepada nabi besar Muhammad Shallallaahu alaihi wa Salam yang telah menuntun umat manusia dari jahiliyah, yang penuh kegelapan menuju Islam yang terang benderang. Dan juga kepada para sahabatnya serta para generasi selanjutnya yang memperjuangkan Islam hingga akhir zaman nanti. 

Mari kita sama-sama meningkatkan rasa taqwa kita kepada Allah yang selalu melihat gerak-gerik kita dengan sebenar-benar takwa, dengan menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya.

Dalam kesempatan ini, saya selaku khatib ingin membahas sebuah tema yang sangat penting sekali dan dibutuhkan oleh umat Islam. Yaitu: kewajiban kita berpartisipasi dalam dakwah Islamiah di Bulan Ramadan.

 

Jamaah Jumat yang berbahagia

Sebelum membicarakan pokok permasalahannya, sebaiknya kita memahami: Apa makna dakwah? Dakwah secara etimologi bahasa berasal dari kata Da’a-Yad’u-Da’watan berarti panggilan, seruan, dan ajakan. 

Adapun menurut terminology istilah seperti yang dikemukakan syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, dakwah adalah mengajak seseorang agar beriman kepada Allah dan yang dibawa oleh para rasulNya dengan cara membenarkan apa yang mereka beritakan dan mengikuti apa yang mereka perintahkan (Majmu’ Fatawa oleh Syaikul Islam Ibnu Taimiyah 15/157).

 Para ulama sepakat bahwa aktivitas dakwah adalah amalan yang disyariatkan dan masuk kategori fardhu kifayah. Tidak boleh kategori diabaikan, diacuhkan, dan dikurangi bobot kewajibannya. 

Hal itu disebabkan terdapat banyak perintah dalam Al-Qur’an dan As Sunah untuk berdakwah dan amar ma’ruf nahi mungkar, seperti firman Allah yang artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, memerintahkan kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar.” (Ali Imran:104). 

Ayat ini bersifat  umum dan merupakan kewajiban atas setiap individu untuk melaksanakannya disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. Kata (??) dalam ayat ini berarti penjelas.

Kalau menjadi penjelas, maka maknanya: jadilah kamu wahai kaum mukminin sebagai umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kepada yang mungkar.

Atau sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hafizh Ibnu Katsir, maksud dari ayat ini adalah jadilah kamu sekelompok orang dari umat yang melaksanakan kewajiban dakwah.

Kewajiban ini wajib atas setiap muslim, sebagaimana hadits shohih yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah, telah bersabda Rasulullah Shallallaahu alaihi wa Salam yang artinya, “Barangsiapa yang melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubah dengan tangannya, kalau tidak mampu, hendaklah mengubah dengan lisannya, kalau tidak mampu hendaklah mengubah dengan hatinya, dan itulah selemah-lemah iman.

 

 Jamaah Jumat  yang berbahagia

Ingatlah, wahai kaum muslimin bahwa syiar Islam merupakan kewajiban yang disyari’atkan dan menjadi tanggung jawab yang harus dipikul kaum muslimin seluruhnya. Artinya, setiap muslim dituntut untuk berdakwah sesuai kemampuannya dan peluang yang dimilikinya.

Oleh sebab itu wajiblah bagi kita untuk semangat berpartisipasi dalam berdakwah menyebarkan Islam ke mana saja dan dimana saja kita berada. Karena, dakwah dan amar ma’ruf merupakan prasyarat terwujudnya khairu ummah (umat terbaik).

Seandainya pemeluk umat Islam ini tak mau berdakwah, maka akan mengalami kerugian dan kemunduran dalam pelbagai aspek kehidupan. Sebab mulianya umat dengan dakwah, dan kerugiannya akibat meninggalkan dakwah.

Allah berfirman: ”Kamu semua adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia menyuruh kepada yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar dan beriman kepada Allah.” (Ali Imran: 110). Jadi dalam ayat ini dijelaskan bahwa Allah akan memberikan predikat yang terbaik kepada umat manusia bila memenuhi tiga syarat yaitu: 1. Menyuruh kepada yang ma’ruf; 2. Mencegah dari yang mungkar, dan 3. Mau beriman kepada Allah. 

Jamaah Jumat  yang berbahagia

Terlebih lagi saat ini kita berada pada bulan Ramadan, momentum yang banyak fadhilah dan kesempatan terbaik dalam berdakwah, dalam memberikan nasihat dan wejangan, karena banyak jamaah dan audien yang gemar melakukan kebaikan dan mau mendengan ceramah-ceramah agama.

Kesempatan kultum tarawih, kajian subuh, kajian dhuha, kajian zuhur dll, hendaknya dimanfaatkan oleh para pendakwah. 

Karena ketahuilah bahwa para da’i adalah seseorangan yang memiliki perkataan yang baik dan mendapat sanjungan langsung dari Allah Ta’ala. Ini sebagaimana disebutkan dalam ayat 33 surat Al-Fushilat yang artinya: “Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: sesungguhnya aku termasuk orang yang berserah diri.”

Yang dimaksud dalam ayat ini menurut Ibnu Katsir dalam Tafsirnya bukanlah orang yang hanya sekadar berdakwah atau mengajak pada kebaikan. Namum ia mengajak pada kebaikan, namun ia pun mengamalkannya. Begitu pula ia melarang suatu kemungkaran, ia pun menjauhinya.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah

Akhir dari kesimpulan tema khutbah ini yaitu bersyukurlah dan berbanggalah jika karakter penyeru, penyuruh dan pengajak bila mana karakter ini kita miliki. Jika kita kaitkan dengan tugas atau peran sebagai khalifatu fi al-ardhi, maka karakter ini menjadi bagian dari tugas mulia tersebut. 

Mari kita biasakan diri kita menjadi pribadi penyeru kebaikan, meyuruh pada yang ma’ruf dan melarang perbuatan mungkar. Tiga karakter ini menjadi karakter pendakwah dan memberi kontribusi besar tumbuh kembangnya Agama Islam. Jangan pernah ragu dalam menyeruh. Jangan pernah luluh dalam menyuruh kebaikan dan jangan pernah lengah dalam mencegah kemungkaran.

Kategori :