Ia berda’wah ke Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat sampai Sumatera Utara. Sambil memasarkan batik, ia bersilaturrahmi dengan para alim ulama di Surabaya, Palembang, Jombang, Gresik, Pasuruan, Kudus, Semarang, Purwokerto, ia mengajak alim ulama memikirkan, apakah umat Islam sudah sepenuhnya hidup sesuai dengan Al Qur'a’ dan Sunnah Nabi.
KH Ahmad Dahlan menjalankan aktivitas dakwahnya dengan penuh perhitungan. Bahkan untuk mendirikan Muhammadiyah pun ia lakukan dengan bertahap dan berencana. Mula-mula ia mempraktikkan dulu apa yang selalu dikemukakannya, yakni tentang pembaharuan.
BACA JUGA:Warga Kota Bengkulu, Seluma, Pulau Enggano Diminta Waspada, Hutan dan Lahan Mudah Terbakar
Ia selalu menganjurkan agar pengajaran agama meninggalkan cara lama dan memulai cara baru. Juga agar para Kyai giat berdakwah mendatangi umat dan tidak cukup hanya menunggu datangnya santri di pesantren atau suraunya. Maka ia menpraktikkan ajaran ini dengan langsung mengajar dasar agama Islamdi berbagai sekolah negeri. Seperti Sekolah Guru (Kweek scool) di jetis, Yogyakarta dan Sekolah Pamong Praja atau Osvia.
KH Ahmad Dahlan memang dikenal dengan cara berdakwah yang strategis. Ia sengaja mengajar para pemuda, terutama para pelajar, karena mereka akan menjadi pemimpin di masa depan. Ia juga sering mengundang para tokoh masyarakat datang ke rumahnya, dan menjamu mereka.
Setelah beberapa kali diadakan jamuan, seorang hadirin menanyakan, “Mengapa Kyai hanya menjamu kami dengan makanan yang enak? Mengapa tidak disertai pengajian?” Setelah timbul ketertarikan mereka, barulah KH Ahmad Dahlan memberikan kajian ke-Islaman.
KH Ahmad Dahlan banyak berkorban harta, benda dan batin dalam mendirikan Muhammadiyah. Tak sedikit menentangnya. Jauh sebelum Muhammadiyah berdiri, ia sudah sering mengungkapkan berbagai gagasan pemurnian Islam, yang masih terasa asing dan tidak lazim pada masa itu.
Pola kerjanya sabar dan hati-hati, tetapi ulet dan tidak kenal putus asa. Ia sering mengatakan, “Apa yang hari ini belum berhasil, harus dilanjutkan jagi pada esok hari.” Ahmad Dahlan juga dikenal sebagai ulama yang lebih mengutamakan pengalaman ilmu. Pernah ia membawa pulang 25 orang pekerja jawatan Kereta Api yang belum mengetahui cara salat. Para pekerja itu dijamu makan dan minum, kemudian disuruh membersihkan diri, diajari cara mengambil wudhu dan salat.
Bila dahulu KH. Ahmad Dahlan menghadap bermacam bid’ah dan syirik, hari ini kta juga menghadapi hal yang sama. Bahkan mungkin lebih. Kemungkaran itu bahkan mungkin saja ada di dalam rumah kita, di kantor kita, atau di lingkungan kita. Dunia ini menanti pembaharu. Pendobrak rutinitas harian yang berlumpur dosa. Itu tidak bisa dilakukan, kecuali oleh mereka yang tanggung imannya dan kuat amal shalihnya.
3. Bermanfaat Bagi Orang-orang Sesudahnya
Amal saleh itu, kadang berkahnya tidak putus bersama kematian pelakunya. Ia bisa melampaui segala batas ruang dan waktu. Melampaui segala jaman. Rasulallah SAW bersabda yang artinya,
“Bila seorang anak Adam itu meninggal, maka terputuslah amalnya, kecuali tiga hal. Shodaqah jariyah, atau ilmu yang bermanfaatkan, atau anak shalih yang mendoakan kedua orang tuanya.”