Di Bengkulu, Bung Karno aktif mengajar. Sesekali menulis untuk media massa di Hindia Belanda kala itu. Dan, sebagai insinyur tehnik sipil, karya Sukarno yang masih dapat disaksikan hingga kini, yaitu Masjid Jamik Bengkulu yang tidak jauh dari pusat perbelanjaan, Suprapto.
Seiiring berjalan waktu, suhu politik Asia, Asia Tenggara, dan termasuk Indonesia berubah. Kekuasaan Belanda terjepit setelah Jepang meringsek masuk Nusantara.
BACA JUGA:Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (27) - Ciuman Sayang dari Bung Karno
Pada tahun 1942, tentara Jepang mulai menyisir dari Palembang menuju Bengkulu. Pada saat itulah, tepatnya Februari 1942 Polisi Belanda yang di Bengkulu melarikan Sukarno beserta keluarga menuju Padang.
Belanda tidak ada pilihan, jika Bung Karno sampai jatuh ke tangan Jepang, Belanda bisa-bisa semakin terhimpit. Sukarno bisa saja diminta oleh negara matahari terbit itu mengobarkam perlawanan pribumi membantu Jepang untuk menggebuk Belanda. Sehingga Sukarno dilarikan ke Padang.
Jika menyimak kisah Bung Karno yang ditulis Cindy Adam itu, dapat ditarik kesimpulan, Sang Proklamator tinggal di Bengkulu selama 4 tahun di masa pengasingan. Lalu, bagaimana hubungannya dengan Fatmawati kala Sukarno di Bengkulu selama rentang waktu 1938 sampai 1942.
Seperti disebutkan tadi, Sukarno aktif menjadi pengajar kala diasingkan di Bengkulu. Fatmawati merupakan salah seorang murid Bung Karno. Berdasarkan buku yang dikutip, di Bengkulu, Sukarno belum menikahi Fatmawati. Di Bengkulu pada pengasingan itu, Sukarno tinggal bersama Inggit, yang masih menjadi "permaisuri" Presiden RI pertama sampai akhirnya mereka pulang ke Jakarta.
BACA JUGA:Inilah Kisahnya Fatmawati dan Bung Karno di Bengkulu (30-Habis) - Selamat Tinggal Kota Bengkulu
Barulah pada 1943 Sukarno menikahi Ibu Fatmawati. Pernikahan keduanya dikangsung pada Juni 1943. Itupun, karena jarak, pernikahan Sukarno - Fatmawati dilangsung dengan cara diwakilkan. Barulah kemudian, Ibu Fatmawati menyusul Sukarno ke Jakarta dan mendampingi perjuangan Sang Proklamator baik sebelum maupun sesudah kemerdekaan.
Jadi, sewaktu Bung Karno di Bengkulu pada masa pengasingan, Sukarno - Fatmawati belum menjadi pasangan suami-istri.
Cek Berita dan Artikel lainnya di Google News