RADAR BENGKULU - Hamas dan Israel gencatan senjata selama 4 hari, suasana pun menjadi sedikit Damai. Kesepakatan ini diharapkan dapat menghentikan gelombang kekerasan yang telah mengguncang wilayah ini selama beberapa waktu terakhir.
BACA JUGA:Mayat Menumpuk di RS Al Shifa Gaza Palestina, Objek Begerak Ditembak
Meskipun bukanlah kesepakatan damai permanen, gencatan senjata ini memberikan kesempatan untuk mengurangi ketegangan dan memberi ruang bagi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Kesepakatan Damai atau Gencatan senjata ini disepakati selama empat hari ke depan, yang dimulai Jumat (24/11/2023) pukul 07.00 waktu setempat. Kesepakatan ini setelah Qatar melakukan mediasi kepada kedua belah pihak.
BACA JUGA:Ini Respon Indonesia Tentang Situasi Perang Israel - Palestina dan Kondisi Gaza
Masyarakat internasional menyambut baik hal ini, terutama setelah melihat korban jiwa dan kerusakan infrastruktur yang tinggi akibat konflik berkepanjangan di Jalur Gaza. Banyak pihak berharap bahwa gencatan senjata ini akan memberikan peluang bagi perundingan damai yang lebih luas.
BACA JUGA:Ini Kumpulan Doa Untuk Palestina di Gaza dan Doa Untuk Yahudi yang Zalim
Meskipun ada harapan, perbedaan mendasar dalam pandangan antara Hamas dan Israel masih menjadi tantangan besar. Hamas menuntut pengakhiran blokade yang diberlakukan oleh Israel, sementara Israel bersikeras untuk melindungi keamanan nasionalnya.
BACA JUGA:Pemilik Tesla Elon Musk Siap Bantu Internet di Gaza, Ini Respon Menteri Komunikasi Israel
Menteri Pertahanan Israel, Yoav Gallant, menegaskan bahwa upaya militer akan berlanjut selama dua bulan ke depan setelah berakhirnya gencatan senjata. Ini menjadi peringatan bahwa Israel tetap siap mengambil tindakan jika kesepakatan dilanggar atau jika serangan terhadap warga Israel terjadi lagi.
Sebelum gencatan senjata ini, konflik telah menelan banyak korban, termasuk warga sipil di kedua belah pihak. Serangan udara yang intensif telah menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan di Gaza.
Dengan tercapainya gencatan senjata, harapan muncul untuk membuka pintu menuju perundingan yang dapat mengakhiri konflik secara permanen. Namun, sejarah konflik yang panjang memperlihatkan bahwa perjalanan menuju perdamaian jangka panjang akan sulit dan memerlukan komitmen tinggi dari kedua belah pihak.