Sandiaga melanjutkan, jumlah pesawat yang beroperasi sebelum pandemi lebih dari 700 maskapai. Sedangkan setelah pandemi hanya 400 maskapai penerbangan yang masih beroperasi. Akibatnya, jumlah penerbangan sekitar 300 maskapai akan berkurang.
Jadi sekitar 300 penonton ini yang menjadi penyebab mahalnya harga tiket,” ujarnya. Kemenparekraf akan berkoordinasi dengan Kementerian Perhubungan dan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) pada rute penerbangan
Sementara itu, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Angela Tanoesoedibjo juga mengatakan Aviation memiliki berpotensi mendongkrak pertumbuhan pariwisata sekitar 35,90% pada tahun 2024.
“Target kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) sebesar 9,5 hingga 14,3 juta (pada tahun 2024), dan target kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) sebesar 1,25 hingga 1,5 miliar tidak mungkin tercapai tanpa adanya tambahan penerbangan,” kata Sandi.
Oleh karena itu, tambahnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif akan memantau, mendorong dan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan jumlah penerbangan.
"Kami sangat memahami karena mungkin sudah tiga tahun maskapai ini berada dalam situasi yang sangat sulit.
“Namun kini saatnya kita bangkit bersama dan mendorong lebih banyak pesawat dan penerbangan agar harga tiket terjangkau,” tutupnya.